Selasa, 27 Mei 2008

kata-kata cinta

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)

kekuatan atau kelemahan

Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yang lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.

Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya.

Lantas ia menemui sang guru; “Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja”.

Gurunya hanya menjawab singkat “Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan”

Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tsb.

Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis & minder, ia menuruti permintaan sang guru & mereka berangkat ke ibukota.

Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan & mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.

Dalam perjalanan pulang, sembari membahas & mengevaluasi pertarungannya, sang anak melakukan Hansei ( perenungan ) bertanya kembali.

“Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?”

Sang Sensei ( Guru ) tersenyum & berkata;

"Muridku, Cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan & kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik & jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan & kelemahannya dan akhirnya memilih teknik & jurus yang sesuai, yaitu teknik2 yang memanfaatkan kekuat anya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan”.

“Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus & teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu”.

Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yg memahami kekurangannya seharusnya bisa menya dari hal2 yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya.

Dan orang-orang yang juara adalah orang2 yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan.

Sabtu, 24 Mei 2008

bahasa Sanskerta dalam bahasa Indonesia

  • adi (ādi): utama, pertama
  • adicita (ādicitta)
  • adikara (adhikara)
  • adipati (ādipati): raja agung
  • adiraja (ādirāja): raja utama
  • Aditya (Āditya): (Dewa) Matahari
  • agama (āgama): din; tradisi suci
  • aji: mantra
  • aja: hanya
  • aksara (akṣara): huruf
  • aksi (akṣi): mata, sesuatu yang dilihat
  • alpa : teledor, kekurangan
  • amerta (amṛta): ambrosia, nektar, air kehidupan
  • ancala (acala): gunung
  • aneka : macam-macam
  • angka : bilangan
  • angkara : murka
  • angkasa (ākāśa): langit
  • angsa (haṃśa): sowang
  • angsoka (aśoka): sejenis pohon
  • aniaya (anyāya): siksa
  • antara (antara): lain
  • antariksa (antarikṣa): luar angkasa
  • anugerah (anugraha): pemberian
  • arca (arcā): patung
  • ardi (ardi): gunung
  • Arya : bangsawan, orang India Utara
  • asa : jiwa (dalam frasa "putus asa")
  • asmara (smara): cinta
  • asrama (āśrama): tempat padepokan
  • asta (aṣṭa): delapan
  • astana (āsthāna): tempat pemakaman raja dan kerabatnya. Lihat pula istana.
  • Atharwaweda (atharvaveda): salah satu dari empat kitab Weda
  • atma (ātmā atau ātma): jiwa
  • atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
  • Awatara (avatāra): penjelmaan, penampakan Dewa di dunia.

[sunting] B

  • baca (vaca): mengartikan tulisan
  • bada (vāda): bicara
  • bagai (bhāga): mirip
  • bagi (bhāgī):
    • bagian (bhāgya):
    • bahagian (bhāgya):
  • bahagia (bhāgya) : sukacita
  • bahasa (bhāṣa): logat
  • bahaya (bhaya): sesuatu yang mengancam
  • bahna (bhāna): karena
  • bahtera (vahitra): kapal
  • bahu (bāhu): lengan
  • bahureksa (bāhurakṣa): hiasan tangan
  • baiduri (vaidūrya): opal
  • bakti (bhakti): hormat, loyal
  • bala (bala): tentara
  • banaspati (vanaspati): pohon besar
  • bangsa (vaṃśa): rakyat
  • bangsawan
  • bangsi (vaṃśi): peluit
  • bareksa (vṛkṣa): pohon
  • basmi (dari frasa bhasmī bhūta): musnah
  • Batara (bhaṭāra): Dewa
  • Batari (bhaṭārī): Dewi
  • bausastra (bahuśāstra): kamus
  • baya (vayas): usia
  • bayangkara (bhayaṃkara): penjaga
  • bayu (vāyu): angin
  • bea (vyaya): ongkos
    • biaya (vyaya)
  • beda (bheda): diferensi
    • beza
  • bedama
  • begawan (bhagavān): orang suci
  • bejana (bhājana): tempat menampung
  • belantara (vanāntara): hutan
  • bencana (vāñcana): malapetaka
  • benda (bhāṇḍa): obyek
  • bendahara (bhāṇḍāgāra): penjaga uang
  • berhala (bhaṭāra): bentuk Tuhan
  • berhana
  • berita (vṛtta):
  • biara (vihāra): tempat kaum rohaniawan
    • biarawan
    • biarawati
  • bicara (vicāra): omong
  • bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi
  • biji (bijā): isi buah
  • biksu (bhikṣu): seorang rohaniawan Buddha
    • biksuni
  • binasa (vināśa): hancur
  • birahi (virahin): ingin bercinta
  • bisa (1) (viṣa): racun
  • bisa (2) (viṣa): boleh
  • brahma (brāhma)
  • brahmana
    • brahmani
  • brahmi
  • brata (brata): tapa
  • buana (bhuvana): dunia
  • budaya (buddhaya): berhubungan dengan akal, adab
  • Buddha (buddha): seseorang yang telah sadar
  • budi (buddhi): akal
  • bujangga (bhujaṅga): ilmuwan. Lihat pula pujangga
  • bukti (bhukti):
  • bulu roma
  • bumantara (byomāntara): langit
  • bumi (bhūmi): planet ketiga dalam tatasurya, tanah
  • bumiputera (bhūmiputra): pribumi
  • bupala (bhūpāla): raja
  • bupati (bhūpati): raja
  • busana (bhūṣaṇa): pakaian bagus
  • buta (bhūta): raksasa
  • butala (bhūtala): bumi
  • butayadnya (bhūtayajña): persembahan atau kurban kepada buta

[sunting] C

  • cabai (cavi): lombok
  • cahaya (chāya): sinar
  • cakrabuana (cakrabhūvana):
  • cakra (cakra): roda
    • cakram (cakram): diskus
  • cakrawala (cakravāla): ufuk, horison
  • candala (caṇḍāla): orang buangan; dari kasta terendah; paria
    • cendala
  • candi (caṇḍi): gedung peninggalan Hindu-Buddha kuna
  • candra (candra): bulan (satelit bumi)
  • candramawa
  • candrasa
  • candrasengkala
  • cara (ācāra): kelakuan
  • caraka (caraka): duta
  • catur (1) : sebuah permainan papan
    • caturangga
    • syatranji
  • catur (2): empat
  • cedera (chidra): luka
  • cela (chala): cacat
  • celaka (chalaka): musibah
  • cempaka (campaka): nama sebuah bunga (Michelia Champaka)
  • cendana (candana): nama sebuah tumbuhan
  • cendekia
    • cendekiawan
  • cendera
  • cendrawasih (candra + vāsi): nama burung di Papua
  • cengkerama (caṅkrama): bersantai
  • cerita (carita): kisah
    • ceritera (caritra): kisah
  • cerna
  • cinta (cintā): kasih
  • cintamani
  • cita (citta): pikiran
    • cipta : inovasi
  • citra (citra): gambar
  • cuci (śuci): membersihkan
  • cuka (cukra): bahan pengasam
  • cula (cūlā atau cūḍā): tanduk
  • curiga (churikā): mendakwa

[sunting] D

  • dadih
  • dahaga
  • daksina : selatan
  • dana
  • dasa (daśa): sepuluh
  • dasawarsa (daśawarṣa): dekade, sepuluh tahun
  • delima
  • denda (daṇḍa): hukuman
    • dendam (daṇḍa mungkin dari bahasa Tamil): rasa ingin membalas sesuatu yang dialami
  • derita (dhṛta): kesengsaraan
  • desa (deśa): daerah non-urban; daerah administratif terkecil
  • Dewa : Tuhan
    • Dewata
    • Dewi
    • Dewayadnya (dewayajña): persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu
  • dewadaru : kenikir
  • dewangga
  • dewasa
  • dharma (dharma): kewajiban dan sebagainya
    • darma
    • derma : sumbangan
  • dirgantara (digantara): langit
  • dirgahayu (dīrghāyuṣa): panjang umur
  • dosa (doṣa): kesalahan
  • duli
  • dupa
  • dusta
  • duta (dūta): wakil, caraka
  • dwi

[sunting] E

  • eka : satu
    • ekabahasa (eka + bhāṣā): monolingual
    • ekamatra
    • ekasila
  • embara (digambara): berkelana
  • erti (artha): arti, makna

[sunting] G

  • gada
  • gaharu
  • gajah (gaja): suatu hewan besar
  • gala
  • galuh
  • ganda
    • gandapura
    • gandaria
    • gandarusa
    • gandasturi
    • gandasuli
  • gandarwa
  • gandewa (gaṇḍīva): busur, terutama busur sang Arjuna
  • gandola
  • gandi
  • Gangga (gaṅgā): sungai di India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga
  • gangsa
  • gapura
  • garba
  • Garuda (garuḍa): burung mitologis, wahana Dewa Wisnu
  • gatra
  • gaya
  • gembala
  • genta
  • gergaji
  • gergasi
  • gerhana
  • giri (giri): gunung
  • gita
  • goni
  • graha (gṛha): rumah, gedung
  • grahita
  • gua
  • gula : pemanis
  • gulana (glāna): rasa gundah
  • gulma
  • guna (guṇa): manfaat
    • gunawan (guṇa + sufiks vant)
  • gurindam
  • guru (guru): pengajar
  • gusti

[sunting] H

  • harsa (harṣa): sukacita
  • harta (artha): uang, kekayaan material
  • hasta : tangan
  • hatta (ātha): syahdan, maka (kata penghubung)
  • hima : kabut (harafiah salju)
  • Himalaya (himâlaya): nama pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"
  • hina : rendah

[sunting] I

  • idam
  • indera
    • indria
  • inggu
  • intisari
  • irama (virama): ritma
  • istana (āsthāna): tempat tinggal raja. Lihat astana
  • istimewa (āstām eva): khusus
  • istri (strī): mitra pernikahan wanita

[sunting] J

  • jaga (jagarti tapi dalam bahasa Prakerta jaga): bangun
  • jagat (jagat): dunia
  • jagat raya (dari jagattraya: "tiga dunia"): alam semesta
  • jaksa (adhyakṣa): sang penuntut dalam mahkamah pengadilan
  • jala (jala): jaring untuk menangkap ikan
  • jambu (jambu): semacam pohon dan buahnya
  • japa (japa): mantra
    • jampi (japa)
  • jana: manusia
  • janda (raṇḍa): seorang wanita yang tidak memiliki suami
  • jantera (yantra): alat yang berputar, roda
  • jasa (yaśa): perbuatan terpuji
  • jati (jāti): sejenis pohon
  • jatmika (adhyātmika): hormat
  • jaya : menang
  • jebad
  • jeladri
  • jelata (janatā): rakyat
  • jelita (lalita): cantik
  • jelma (janma): orang
  • jempana (jampana): pelangkin
  • jenggala (jaṅgala): gurun
  • jenitri (gaṇitrikā): sejenis pohon dan buahnya (elaecorpus ganitrus)
  • jiwa (jīva): roh
  • juita (jīvita): manis
  • jumantara (vyomāntara): langit
  • juta (ayuta): 1.000.000
  • jutawan : sangat kaya

[sunting] K

  • kabupaten (dari kata bhūpati): wilayah pemerintahan seorang bupati
  • kakawin (dari kata kāvya): sebuah sajak dalam metrum India
  • kala (kāla): waktu
  • kalpataru (kalpataru): pohon kehidupan, pohon kelimpahan
  • kama (kāma): cinta
  • Kamajaya (Kāmajaya): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta
  • kanji
  • kapas (karpāsa): sejenis bahan
  • karena (kāraṇa): sebab
  • karma (karma): hasil
  • karna (karṇa): telinga
  • karunia (kāruṇya): anugerah
  • karya (karya): buatan
  • kata (katha): satuan kalimat
  • kawi (kāvya): penyair
  • kecapi (kacchapī): alat musik petik
  • keling (Kaliṅga): India bagian selatan
  • keluarga (kulavarga): famili
  • kemala
  • kendala
  • kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā): bejana air
  • kenya (kanyā): gadis
  • kepala (kapāla): bagian tubuh yang teratas
  • keranda
  • kerja (karya): sesuatu yang diperbuat
  • kesatria (kṣatriya): lihat ksatria
  • kesturi (kastūrikā): jebat, musang
  • kesumba
  • ketika
  • kirana (kiraṇa): sinar
  • kokila : sejenis burung
  • kota (kuṭa): benteng, wilayah urban
  • koti (koṭi): 100.000
  • krama : cara, aturan
  • kresnapaksa (kṛṣṇapakṣa): paruh gelap bulan
  • krida (krīḍā): tindakan terpuji
  • ksatria (kṣatriya): kasta kedua, bangsawan, seorang laskar
  • kuasa (dari kata waśa):
  • kulasentana (kulasantāna): suku
  • kulawangsa (kulavaṃśa): klan
  • kunarpa : mayat, bangkai
  • kunci (kuñcikā): menutup
  • kunta
  • kusa
  • kusta
  • kusuma (kuṣuma): bunga

[sunting] L

  • laba (labha): untung
  • lagu (laghu): nyanyian
  • laksa (lakṣa): 10.000
  • laksana (lakṣaṇa)
  • lengkara
  • lingga (liŋga)
  • logam
  • loka
  • lokakarya
  • lokananta
  • lokapala
  • lintas

[sunting] M

  • madia (madya): tengah
    • madya
  • madu (madhu): cairan manis produk lebah
    • madukara
  • maha (mahā): besar
  • Maharaja (mahārāja): Kaisar
  • mahkota
  • makara
  • mala
  • malapetaka
  • manah
  • mandala
  • mangsa
  • mangsi
  • manik
  • manikam
  • mantra
  • mantri
  • manusayadnya
  • manusia
  • mara
  • marabahaya
  • marga
  • margasatwa
  • masa
  • materai
  • matra
  • maya
  • mayapada
  • mega (megha): awan
  • melati
  • menteri
  • mercapada
  • merdeka
    • mahardika
  • merdu
  • merica
  • merpati
  • mesra
  • mesti
  • mestika
  • mina : ikan
  • mintuna
  • mitra
  • moksa (mokṣa): kelepasan dari sengsara
  • muda (mūḍha): tidak tua
  • muka
  • mula
  • mustika
  • mutiara

[sunting] N

  • nada
  • naga
  • nama (nāma): sebutan atau panggilan
  • nara
  • narapati
  • narapidana
  • nata
  • nawa (sembilan)
  • negara
  • negeri
  • neraca
  • neraka (naraka):
  • netra (netra): mata
  • nila
  • nirmala
  • nirwana (nirvana): stadium kelepasan jiwa
  • niscaya
  • niskala
  • nista

[sunting] O

  • ojah

[sunting] P

  • pada
  • padma
    • padmi
    • padam
    • patma
    • fatma
  • pahala
  • paksa
  • paksi (pakṣi): burung
    • peksi
  • paksina
  • pala
  • panca (pañca): lima
  • pancaka
  • pancasila (1) (pañcaśīla): lima kaidah falsafah Buddhis
  • Pancasila (2) (pañcaśīla): ideologi negara Indonesia
  • Pancatantra (pañcatantra): sebuah karya sastra dari India Kuna
  • pandai
  • pandita
  • panitia
  • papa
  • para
  • parameswara
  • parameswari
  • parisada
  • parwa
  • pasca (paścat): setelah
  • pataka
  • patera
  • patih
  • pawaka: api
  • pawana
  • payudara (payodhara): buah dada wanita
  • pedanda
  • pedati
  • pekerti
  • pendapa
  • pendeta
  • penjara
  • perada
  • perbawa
  • percaya
  • perdana
  • peribahasa
  • peristiwa
  • perkara
  • permaisuri
  • permata
  • persada
  • pertama
  • pertiwi
  • perwara
  • petaka
  • pidana
  • pitayadnya
  • prabu
  • prahara
  • prakarsa
  • prakarya
  • prakata
  • prameswari
  • pramugara
  • pramugari
  • pramuria
  • pramuwisata
  • pranala (praṇāla): pautan atau tautan di internet
  • pranata
  • prasangka
  • prasarana
  • prasasti
  • prasetya
  • prawacana
  • pria
  • pribumi
  • puasa
  • puja
  • pujangga
  • puji
  • punggawa
  • pura
  • purba
    • purbakala
  • puri
  • purnama
  • purwa
  • pusaka
  • puspa
  • puspadanta
  • puspita
  • pustaka
  • putra
  • putri

[sunting] R

  • raga
  • rahasia
  • raja
  • rajaberana
  • rajah
  • rajalela
  • rajawali
  • raksa
  • raksasa
  • raksasi
  • ramai
  • rasa
  • rasa
  • rasi
  • rata
  • ratna
  • reca
  • rela
  • remaja
  • rencana
  • renjana
  • resi
  • restu
  • Rgweda: kitab suci umat Hindu
  • rona
  • rupa
  • Rupiah (rūpya): mata uang Indonesia

[sunting] S

  • sabda (sabda): kata, firman
  • sad (ṣaḍ): enam
  • sadaya
  • sahaja (sahaja): sederhana
  • sahaya (sahāya): hamba
  • saka
  • sakala
  • saksi (sakṣi)
  • sakti (śakti): kekuatan supranatural
  • sama
  • samapta
  • samsara (saṃsāra): lahir kembali di dunia, lihat pula sengsara
  • samudra (samudra): laut besar
  • sandi
  • sandiwara
  • sanggama (saṃgama): hubungan seksual
  • sanggamara
  • sangka
  • sangka
  • sangkala
  • sangsi
  • Sansekerta (saṃskṛta): bahasa yang sempurna
    • Sanskerta
    • Sangskerta
    • Sanskrit
  • santri (śāstri): seorang pelajar agama Islam, biasa tinggal di sebuah asrama
    • pesantren
  • santi
  • santika
  • sapta (tujuh)
  • saptadarma
  • saptamarga
  • sarana
  • sari
  • sari
  • saripati
  • sarira
  • sarjana (sajjana): seorang akademikus
  • sasakala
  • sasian
  • sastra
  • satria
  • satru
  • satwa
  • satyalancana
  • satyawacana
  • saudara
  • sayembara (svayambara): kontes
  • seba
  • sederhana (sārdhāna): simpel
  • sedia
  • sediakala
  • sedianya
  • segala
  • segara
  • sejahtera
  • selesma
  • selira
  • seloka (śloka): larik puisi
  • semadi
  • semboyan
  • sementara
  • sempurna
  • semua
  • senantiasa
  • senapati
  • sendawa
  • sendi (sandhi): penghubung
  • sengketa
  • sengsara (saṃsāra): keadaan derita. Lihat pula samsara
  • senjata (sajjita): alat perang
  • sentosa
  • serati
  • seraya
  • serba
  • seribumi
  • serigala
  • sesira
  • setanggi
  • seteru (śatru): musuh
  • setia (satya): loyal
  • siksa
  • sila (śīla): asas
  • singa (siṃha): semacam kucing raksasa
  • singgasana (siṃhâsana): takhta
  • sisa
  • siswa (siṣya): murid
  • sorga (svarga)
  • sri
  • sridanta
  • srikaya
  • stupa
  • su
  • suami
  • suara (svara): bunyi
  • suasana
  • suci (śuci): keramat
  • sudah (suddha): telah
  • sudamala
  • sudara
  • sudi
  • sudra
  • suka
  • sukarela
  • suklapaksa
  • sukma
  • sula
  • sunyata
  • sunyi
  • suralaya
  • surya
  • suryakanta
  • susila
  • sutra
  • sutradara
  • swa
    • swakarsa
    • swakarya
    • swapraja
    • swasembada
    • swatantra
  • swasta

[sunting] T

  • tabik
    • tabe
  • tabil
  • tala
  • tani
  • tantra
  • taru
  • taruna
  • tata
    • tata acara
    • tata surya
    • tata bahasa
    • tata busana
    • tata cara
    • tata guna
    • tata krama
    • tata laksana
    • tata nama
    • tata negara
  • tega (tyaga): tidak perduli
  • teja
  • telaga
  • tembaga
  • tentara
  • tepaslira
  • terka
  • tetapi
  • tirta
  • tri
  • trimatra
  • trimurti
  • trisna
  • trisula
  • triwikrama
  • tuna
    • tuna aksara
    • tuna grahita
    • tuna susila

[sunting] U

  • udara (udara): zat di atmosfer bumi
  • umpama
  • unta (uṣṭra): sejenis hewan yang hidup di gurun pasir
  • upacara
  • upaduta
  • upah
  • upama
  • upaya (upāya): daya, siasat
  • upeti (utpatti): sesuatu yang harus diberikan kepada pembesar, semacam pajak
  • urna
  • usaha (utsaha)
  • usia (yuṣa)
  • utama (uttama)
  • utara (uttara)

[sunting] V

  • vihara (vihāra): rumah ibadah kaum Buddha

[sunting] W

  • wacana (vacana)
  • wahana (vāhana): medium, kendaraan
  • waisak
  • waisya
  • walimana (vimāna): burung mitis
  • waluh
  • -wan (-vant): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria
    • -wati (-vatī): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita
  • wana: hutan
  • wanara (vaṇara): kera
  • wangsa (vaṃśa): dinasti
  • wanita : perempuan (terhormat)
  • waranggana
  • warga : kaum
  • warna (varṇa): kelir
  • warsa (varṣa): tahun
  • warta (vṛtta): berita
    • warta berita
    • wartawan : jurnalis
  • waruna
  • waspada
  • wati
  • weda : kitab suci
  • wedana
  • werda
  • wesak
  • wibawa
  • wibawa
  • wicara
  • widara
  • widya : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
  • widyakarya
  • widyawisata
  • wihara
  • wijaya
  • wiku
  • wimana
  • windu
  • wira
  • wiracarita : epos
  • wirama
  • wiraswasta
  • wirawan
  • wisata
    • wisatawan
  • wisaya
  • wisma : rumah
  • wisuda
  • wiwaha (vivāha): pernikahan besar
  • wiyaga : burung
  • wiyatabhakti
  • wredatama

  • Yajurweda (yajurveda): salah satu dari kitab Catur Weda
  • yantra (yantra): alat. Lihat pula jentera
  • yayasan (berdasarkan yaśa): lembaga. Lihat pula jasa.
  • yoga (yoga): bentuk tapa-samadi
  • yogi (yogin): seseorang yang beryoga
  • yoni (yoni): rahim, vagina, alas lingga
  • yogya (yogya): sesuai tatakrama
  • yojana (yojana): ukuran, jarak kurang lebih 15 kilometer
  • yuda (yuddha): perang

Selasa, 20 Mei 2008

bila aku jatuh cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu. Amin....!

pesan-pesan jika aku mati

Bismillahir rahmanir rahiem,

Keluargaku yang kusayangi,

Aku tidak tahu kapan Sang Pemilik jiwaku ini memanggilku.
Namun demikian rasa khawatirku untuk tidak meninggalkan kesusahan dan keburukan sepeninggalku, telah mendorongku untuk berwasiat kepadamu sekalian.

Hendaklah kamu sekalian tidak bersedih hati dengan apa saja yang luput darimu dan tidak pula meratapi apa2 yang telah ditakdirkan Allah (swt) agar menjadi bagian dari kisah kehidupan di dunia ini. Kematianku tidaklah berbeda dengan kematian manusia lainnya. Yang demikian adalah karena setiap yang bernyawa pasti akan mati. [1]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku tidak dapat memberi jaminan hidup atas hidupku sendiri sebagaimana aku tidak dapat memastikan apa yang dapat kita lakukan esok hari dari rencana2 kita. Yang demikian adalah karena kita adalah hamba2 Allah yang tidak memiliki sedikitpun kekuasaan dan kemampuan kecuali sekedar apa yang diberikan-Nya yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

Jika aku mati, hendaknya kamu sekalian tidak panik. Kematian adalah perkara biasa yang orang lain juga menghadapinya. Uruslah jenazahku dengan kemampuan terbaik kalian. Jika aku sempat mandi sebelum aku mati, maka hendaklah tidak seorangpun yang mengulanginya. Kewajiban kalian adalah menutupi bagian2-ku yang masih terbuka dengan kain (kafan). Jika tidak, maka mandikan dan bersihkanlah bagian2 yang penting sebelum kalian mengkafaniku sehingga aku layak untuk menghadap Allah (swt).

Jika hanya seorang dari kalian yang ada di sisiku pada saat kematianku, hendaklah kamu memberitahu tetangga terdekat yang sekiranya mereka dapat membantu menguruskan jenazahku atau mereka memberitahu orang lain yang layak untuk memandikan dan mengkafankan jenazahku. Untuk hal ini, hendaklah mereka termasuk orang2 yang amanah yang dapat menjaga aurat dan aibku dengan baik.

Di bumi mana aku mati, maka tempat yang paling layak dan paling baik bagi jenazahku adalah tanah perkuburan yang terdekat dengan tempat kematianku. Yang demikian lebih aku sukai agar tempatku termasuk hal2 yang akan dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah aku kerjakan buat agama ini. Oleh karena itu, janganlah se-kali2 kalian mencoba mengangkut atau membawa jenazahku lebih jauh dari tempat itu.

Dan jangan biarkan jenazahku menunggu. Jangan pula seorang dari kalian, orangtua, sanak famili, sahabat, handai tolan dan kawan2 baikku dijadikan alasan untuk menunda jenazahku masuk liang lahat. Selain perkara ini tidak membebani mereka yang mengurus jenazahku, hal itu juga lebih baik bagi mereka yang datang kemudian.

Jika yang datang kemudian adalah dari golongan orang2 yang sholeh, maka sudah tentu mereka akan tahu cara menolongku dengan pertolongan ghaib. Sebaliknya, jika yang datang kemudian adalah orang2 yang belum sempurna agamanya, maka hal itu tidak akan menambah kesalahan dan dosa mereka. [2]

Tahanlah lisan kalian dalam mengekspresikan rasa bela sungkawa atau duka cita kalian. Meskipun aku rela kamu mencurahkan air matamu, tetapi janganlah se-kali2 kamu meratap atau mengeluarkan kata2 kesedihan. Yang demikian adalah karena selain hal itu akan menyusahkanku di kubur, hal itu juga akan menjadi dosa bagimu.
Berserah dirilah kepada Allah (swt) tidak saja dalam urusan rezekimu, tetapi juga dalam semua aspek kehidupanmu. Yakinlah dengan keyakinan yang bulat bahwa Allah (swt) maha cermat dalam mengurus semua makhluk-Nya. Dia mustahil ceroboh sebagaimana Dia mustahil berbuat zhalim kepada ciptaan-Nya sendiri. Karena itu, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat [4].

Tidak ada warisan terbaik yang dapat aku tinggalkan kepada kalian selain aku telah berusaha dengan segala daya agar kalian terbiasa berada di jalan Allah. Dan meskipun aku seringkali gagal dalam memberi kalian warisan akhlak yang agung sebagaimana akhlak Rasulullah (saw), tetapi paling tidak kalian telah mengetahui bagaimana cara menghadirkannya jika kalian mau. Dan sekiranya ada benda2 yang aku tinggalkan pada kalian, maka orang terbaik diantara kalian adalah dia yang paling tidak memerlukannya.

Keluarga-ku, jika kelak kalian merindukanku, maka pasti dan pasti kalian akan menjumpaiku di akhirat hanya jika Allah (swt) ridho kepada kalian. Yang demikian adalah jika aku tercampak ke dalam neraka, maka sebagai ahli surga kalian dapat dengan mudah menziarahiku [5]. Sebaliknya, jika dengan rahmat-Nya, Allah (swt) memasukkanku sebagai salah seorang ahli surga, maka sesungguhnya tiada halangan apapun antara sesama ahli surga untuk saling menziarahinya.

Dan jika datang kepadamu orang2 agar kalian mengikuti cara hidup lain selain yang telah diajarkan oleh Rasulullah (saw), maka kuatkanlah keyakinan kalian dan gigitlah erat2 agama (Islam) ini dengan gerahammu dan katakan dengan tegas dan tekad yang bulat, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia dari golongan orang musyrik." [6]

La ilaha illallah Muhammadur rasulullah. Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhim. Subhanallah.

Catatan kaki:

[1] Tiap2 yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs al Ankabut 29:57)
[2] Termasuk di dalamnya adalah dengan melakukan sholatul ghaib dan membicarakan kebaikan2 mayyit.
[3] Termasuk di dalamnya adalah orang2 yang lemah batin saat melihat mayyit sehingga melakukan hal2 yang tidak syar'i seumpama meratap dlsb.
[4] Hai orang2 yang beriman, mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang2 yang sabar. (Qs al Baqarah 2:153)
Dan mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang2 yang khusyuk. (Qs al Baqarah 2:45)
[5] Dan penghuni2 surga berseru kepada penghuni2 neraka (dengan menziarahi mereka sambil mengatakan), "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab, "Betul." (Qs al A'raf 7:44)
[6] Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik." (Qs al Baqarah 2:135)

Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah

untuk calon istri ku kelak

Ukhti....
Jikalau tiba saatnya bertemu...
bersabarlah dikau dengan kekuranganku....
bersabarlah dikau dengan apa yang tampak sekilas....
sesungguhnya aku ini hanyalah seseorang anak adam yang
biasa-biasa saja....
yang biasa dipandang sebelah mata....

Ukhti....
Jika Allah memang memilihku tuk mendampingimu....
Kumohon....
Hendaklah dikau selalu mengingatkan diriku ini yang
lemah ini....
Yang mungkin menelantarkan hak-hakmu....
Yang mungkin lupa diri dan tak tau diri....
Yang mungkin lupa akan kewajibanku ini....

Ukhti....
Terimalah salamku ini....
Jagalah dirimu dengan sebaik-baiknya ukhti....
Berimanlah pada Allah swt....
dan bertakwalah pada Allah....
Patuhilah Allah dan Rasulnya....
Jangan terbawa oleh arus musuh-musuh Islam ukhti....

Ingatlah.....
Sesungguhnya Allah swt. bersama orang-orang yang
sabar....

Jikalau bukan takdir kita untuk bertemu....
Doaku semoga Allah mempertemukanmu dengan Ikhwan yang
lebih baik dariku....
Yang akan membahagiakanmu di dunia dan membimbingmu menuju
kebahagiaan akhirat....


Akhir kata....
Wassalam.

Minggu, 18 Mei 2008

Galileo Galilei

Galileo Galilei (15 Februari 1564 - 8 Januari 1642) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah. Ia diajukan ke pengadilan gereja Italia pada 22 Juni 1633. Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan keyakinan gereja bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Ia divonis dengan hukuman mati.

Karya-karyanya antara lain adalah penyempurnaan teleskop, berbagai observasi astronomi, dan hukum gerak pertama dan kedua. Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai seorang pendukung Copernicus.

Menurut Stephen Hawking, Galileo kemungkinan besar adalah penyumbang terbesar bagi dunia sains modern. Ia juga sering disebut-sebut sebagai “bapak astronomi modern”, “bapak fisika modern”, dan “bapak sains“. Hasil usahanya bisa dikatakan sebagai terobosan besar dari Aristoteles. Konfliknya dengan Gereja Katolik Roma adalah sebuah contoh awal konflik antara otoritas agama dengan kebebasan berpikir (terutama dalam sains) pada masyarakat Barat.

Galileo Galilei dilahirkan di Pisa, Tuscany pada tanggal 15 Februari 1564 sebagai anak pertama dari Vincenzo Galilei, seorang matematikawan dan musisi asal Florence, dan Giulia Ammannati. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar di Universitas Pisa namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia ditawari jabatan di sana pada tahun 1589 untuk mengajar matematika. Setelah itu, ia pindah ke Universitas Padua untuk mengajar geometri, mekanika, dan astronomi sampai tahun 1610. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami sains dan membuat berbagai penemuan.

Pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei untuk mengamati bintik matahari. Di tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo. Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.

Galileo menulis Saggiatore di tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal. Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632. Namun, di tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.

Di bulan Desember 1633, ia diperbolehkan pensiun ke vilanya di Arcetri. Buku terakhirnya, Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal 8 Januari 1642, Galileo wafat di Arcetri saat ditemani oleh Vincenzo Viviani, salah seorang muridnya.

Tidak seperti yang dipercaya sebagian orang, Galileo tidak menciptakan teleskop tapi ia telah menyempurnakan alat tersebut. Ia menjadi orang pertama yang memakainya untuk mengamati langit, dan untuk beberapa waktu, ia adalah satu dari sedikit orang yang bisa membuat teleskop sebagus itu. Awalnya, ia membuat teleskop hanya berdasarkan deskripsi tentang alat yang dibuat di Belanda pada 1608. Ia membuat sebuah teleskop dengan perbesaran 3x dan kemudian membuat model-model baru yang bisa mencapai 32x. Pada 25 Agustus 1609, ia mendemonstrasikan teleskop pada pembuat hukum dari Venesia. Selain itu, hasil kerjanya juga membuahkan hasil lain karena ada pedagang-pedagang yang memanfaatkan teleskopnya untuk keperluan pelayaran. Pengamatan astronominya pertama kali diterbitkan di bulan Maret 1610, berjudul Sidereus Nuncius.

Galileo menemukan tiga satelit alami Jupiter -Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Empat malam kemudian, ia menemukan Ganymede. Ia juga menemukan bahwa bulan-bulan tersebut muncul dan menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal dari pergerakan benda-benda tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet.

Galileo adalah salah satu orang Eropa pertama yang mengamati bintik matahari, diperkirakan astronom Tionghoa sudah mengamatinya sejak lama. Selain itu, Galileo juga adalah orang pertama yang melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari pola bayangan yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu “kasar dan tidak rata, seperti permukaan bumi sendiri”, tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan adalah bola sempurna.

Galileo juga mengamati planet Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup

kisah-terbunuhnya-al-husein-radhyiallahuanhu

Berbagai versi tentang fitnah yang terjadi sekitar terbunuhnya Al Hussain radhyillahu ‘anhu banyak tersebar diantara kita sehingga membuat sebagian kaum muslimin terjatuh kedalam hal yang dilarang yaitu mencela sebagian sahabat radhyillahu ‘anhum, kemudian kerancuan antara nama Yazid bin Muawiyyah dengan Yazid bin Abu Sufyan dimana Syeikhul islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan hal tersebut dalam (Majmu Fatawa jilid III hal 409 – 411) membuat sebagian kaum muslimin mengalami kebingungan, manakah sejarah dan kisah yang benar, apa yang terjadi sesungguhnya…??!

Al-Hasan dan Al-Husein adalah putera dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari anak perempuannya Fathimah radhiyallahu ‘anha.
Mereka termasuk kalangan ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki keutamaan-keutamaan yang besar dan mendapat pujian-pujian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya beliau bersabda:

Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husein adalah kesayanganku dari dunia.
(HR. Bukhari dengan Fathul Bari, juz VII, hal. 464, hadits 3753 dan Tirmidzi, Ahmad dari Ibnu Umar)

Juga bersabda:
Al-Hasan dan Al-Husein adalah sayyid (penghulu) para pemuda ahlul jannah.
(HR. Tirmidzi, Hakim, Thabrani, Ahmad dan lain-lain dari Abi Sa’id al-Khudri; dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani dalam Silsilah Hadits Shahih, hal 423, hadits no. 796 dan beliau berkata hadits ini diriwayatkan pula dari 10 shahabat)

Riwayat Hidup Al-Husein dan Peristiwa Pembunuhannya

Beliau dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun ke-empat Hijriyah.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men- tahnik (yakni mengunyahkan kurma kemudian dimasukkan ke mulut bayi dengan digosokkan ke langit-langitnya ), mendoakan dan menamakannya Al-Husein.
Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, juz VIII, hal. 152.

Berkata Ibnul Arabi dalam kitabnya Al-Awashim minal Qawashim: “Disebutkan oleh ahli tarikh bahwa surat-surat berdatangan dari ahli kufah kepada Al-Husein (setelah meninggalnya Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu).
Kemudian Al-Husein mengirim Muslim Ibnu Aqil, anak pamannya kepada mereka untuk membai’at mereka dan melihat bagaimana keikutsertaan mereka. Maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memberitahu beliau (Al-Husein) bahwa mereka dahulu pernah mengkhianati bapak dan saudaranya. Sedangkan Ibnu Zubair mengisyaratkan kepadanya agar dia berangkat, maka berangkatlah Al- Husein. Sebelum sampai beliau di Kufah ternyata Muslim Ibnu Aqil telah terbunuh dan diserahkan kepadanya oleh orang-orang yang memanggilnya. “Cukup bagimu ini sebagai peringatan bagi yang mau mengambil peringatan” (kelihatannya yang dimaksud adalah ucapan Ibnu Abbas kepada Al-Husein ).

Tetapi beliau radhiyallahu ‘anhu tetap melanjutkan perjalanannya dengan marah karena dien dalam rangka menegakkan al-haq. Bahkan beliau tidak mendengarkan nasehat orang yang paling alim pada jamannya yaitu ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan menyalahi pendapat syaikh para shahabat yaitu Ibnu Umar. Beliau mengharapkan permulaan pada akhir (hidup ), mengharapkan kelurusan dalam kebengkokan dan mengharapkan keelokan pemuda dalam rapuh ketuaan.

Tidak ada yang sepertinya di sekitarnya, tidak pula memiliki pembela-pembela yang memelihara haknya atau yang bersedia mengorbankan dirinya untuk membelanya. Akhirnya kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein, maka datang kepada kita musibah yang menghilangkan kebahagiaan jaman.
(lihat Al- Awashim minal Qawashim oleh Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib, hal. 229-232)

Yang dimaksud oleh beliau dengan ucapannya ‘Kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein’ adalah bahwa niat Al-Husein dengan sebagian kaum muslimin untuk mensucikan bumi dari khamr Yazid yang hal ini masih merupakan tuduhan-tuduhan dan tanpa bukti, tetapi hasilnya justru kita menodai bumi dengan darah Al-Husein yang suci.
Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhibbudin Al-Khatib dalam ta’liq-nya terhadap buku Al-Awashim Minal Qawashim.

Ketika Al-Husein ditahan oleh tentara Yazid, Samardi Al-Jausyan mendorong Abdullah bin Ziyad untuk membunuhnya. Sedangkan Al-Husein meminta untuk dihadapkan kepada Yazid atau dibawa ke front untuk berjihad melawan orang-orang kafir atau kembali ke Mekah. Namun mereka tetap membunuh Al-Husein dengan dhalim sehingga beliau meninggal dengan syahid radhiyallahu ‘anhu.
Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Al-Husein terbunuh di Karbala di dekat Eufrat dan jasadnya dikubur di tempat terbunuhnya, sedangkan kepalanya dikirim ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah.
Demikianlah yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dan dari para imam yang lain.

Adapun tentang dibawanya kepala beliau kepada Yazid telah diriwayatkan dalam beberapa jalan yang munqathi’ (terputus) dan tidak benar sedikitpun tentangnya.

Bahkan dalam riwayat-riwayat tampak sesuatu yang menunjukkan kedustaan dan pengada-adaan riwayat tersebut. Disebutkan padanya bahwa Yazid menusuk gigi taringnya dengan besi dan bahwasanya sebagian para shahabat yang hadir seperti Anas bin Malik, Abi Barzah dan lain-lain mengingkarinya.

Hal ini adalah pengkaburan, karena sesungguhnya yang menusuk dengan besi adalah ‘Ubaidilah bin Ziyad. Demikian pula dalam kitab-kitab shahih dan musnad, bahwasanya mereka menempatkan Yazid di tempat ‘Ubaidilah bin Ziyad. Adapun ‘Ubaidillah, tidak diragukan lagi bahwa dialah yang memerintahkan untuk membunuhnya (Husein) dan memerintahkan untuk membawa kepalanya ke hadapan dirinya. Dan akhirnya Ibnu Ziyad pun dibunuh karena itu.

Dan lebih jelas lagi bahwasanya para shahabat yang tersebut tadi seperti Anas dan Abi Barzah tidak berada di Syam, melainkan berada di Iraq ketika itu.

Sesungguhnya para pendusta adalah orang-orang jahil (bodoh), tidak mengerti apa-apa yang menunjukkan kedustaan mereka.”
(Majmu’ Fatawa, juz IV, hal. 507-508)

Adapun yang dirajihkan oleh para ulama tentang kepala Al-Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhuma adalah sebagaimana yang disebutkan oleh az- Zubair bin Bukar dalam kitabnya Ansab Quraisy dan beliau adalah seorang yang paling ‘alim dan paling tsiqah dalam masalah ini (tentang keturunan Quraisy). Dia menyebutkan bahwa kepala Al-Husein dibawa ke Madinah An-Nabawiyah dan dikuburkan di sana. Hal ini yang paling cocok, karena di sana ada kuburan saudaranya Al-Hasan, paman ayahnya Al-Abbas dan anak Ali dan yang seperti mereka. (Dalam sumber yang sama, juz IV, hal. 509)

Demikianlah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma terbunuh pada hari Jum’at, pada hari ‘Asyura, yaitu pada bulan Muharram tahun 61 H dalam usia 54 tahun 6 bulan.
Semoga Allah merahmati Al-Husein dan mengampuni seluruh dosa dosanya serta menerimanya sebagai syahid.
Dan semoga Allah membalas para pembunuhnya dan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih. Amin.

Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Mu’awiyyah

Untuk membahas masalah ini kita nukilkan saja di sini ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah secara lengkap dari Fatawa-nya sebagai berikut:

Belum terjadi sebelumnya manusia membicarakan masalah Yazid bin Muawiyyah dan tidak pula membicarakannya termasuk masalah Dien.
Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat terhadap Yazid bin Muawiyyah, bahkan bisa jadi mereka menginginkan dengan itu laknat kepada yang lainnya.
Sedangkan kebanyakan Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu. Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid termasuk orang-orang shalih yang besar dan Imam-imam yang mendapat petunjuk.

Maka golongan yang melampaui batas terhadap Yazid menjadi dua sisi yang berlawanan:

Sisi pertama, mereka yang mengucapkan bahwa dia kafir zindiq dan bahwasanya dia telah membunuh salah seorang anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membunuh shahabat-shahabat Anshar, dan anak-anak mereka pada kejadian Al-Hurrah (pembebasan Madinah) untuk menebus dendam keluarganya yang dibunuh dalam keadaan kafir seperti kakek ibunya ‘Utbah bin Rab’iah, pamannya Al-Walid dan selain keduanya. Dan mereka menyebutkan pula bahwa dia terkenal dengan peminum khamr dan menampakkan maksiat-maksiatnya.

Pada sisi lain, ada yang meyakini bahwa dia (Yazid) adalah imam yang adil, mendapatkan petunjuk dan memberi petunjuk. Dan dia dari kalangan shahabat atau pembesar shahabat serta salah seorang dari wali-wali Allah. Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa dia dari kalangan para nabi. Mereka mengucapkan bahwa barangsiapa tidak berpendapat terhadap Yazid maka Allah akan menghentikan dia dalam neraka Jahannam.

Mereka meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin ‘Adi bahwa ia adalah wali yang seperti ini dan seperti itu. Barangsiapa yang berhenti (tidak mau mengatakan demikian), maka dia berhenti dalam neraka karena ucapan mereka yang demikian terhadap Yazid.

Setelah zaman Syaikh Hasan bertambahlah perkara-perkara batil dalam bentuk syair atau prosa. Mereka ghuluw kepada Syaikh Hasan dan Yazid dengan perkara-perkara yang menyelisihi apa yang ada di atasnya Syaikh ‘Adi yang agung -semoga Allah mensucikan ruhnya-. Karena jalan beliau sebelumnya adalah baik, belum terdapat bid’ah-bid’ah yang seperti itu, kemudian mereka mendapatkan bencana dari pihak Rafidlah yang memusuhi mereka dan kemudian membunuh Syaikh Hasan bin ‘Adi sehingga terjadilah fitnah yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya.

Dua sisi ekstrim terhadap Yazid tersebut menyelishi apa yang disepakati oleh para ulama dan Ahlul Iman.
Karena sesungguhnya Yazid bin Muawiyyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak pula termasuk shahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan.
Dia termasuk kalangan pemuda-pemuda muslim bukan kafir dan bukan pula zindiq. Dia memegang kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin dan diridlai oleh sebagian yang lain. Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya
.

Namun pada masa pemerintahannya telah terjadi perkara-perkara besar
yaitu:

1. Terbunuhnya Al-Husein radhiyallahu ‘anhu sedangkan Yazid tidak memerintahkan untuk membunuhnya dan tidak pula menampakkan kegembiraan dengan pembunuhan Husein serta tidak memukul gigi taringnya dengan besi.
Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia memerintahkan untuk melarang Husein dengan melepaskannya dari urusan walaupun dengan memeranginya. Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya tatkala Samardi Al-Jausyan mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya.Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan dhalim.
Terbunuhnya beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk musibah besar, karena sesungguhnya terbunuhnya Al-Husein -dan ‘Utsman bin ‘Affan sebelumnya- adalah penyebab fitnah terbesar pada umat ini. Demikian juga pembunuh keduanya adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah. Ketika keluarga beliau radhiyallahu ‘anhu mendatangi Yazid bin Mua’wiyah, Yazid memuliakan mereka dan mengantarkan mereka ke Madinah.

Diriwayatkan bahwa Yazid melaknat Ibnu Ziyad atas pembunuhan Husein dan berkata: “Aku sebenarnya meridlai ketaatan penduduk Irak tanpa pembunuhan Husein.” Tetapi dia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhnya, tidak membela serta tidak pula membalasnya, padahal itu adalah wajib bagi dia. Maka akhirnya Ahlul Haq mencelanya karena meninggalkan kewajibannya, ditambah lagi dengan perkara-perkara yang lain. Sedangkan musuh-musuh mereka menambahkan kedustaan-kedustaan atasnya.

2. Ahlil Madinah membatalkan bai’atnya kepada Yazid dan mereka mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka, memerintahkan mereka untuk taat dan jika mereka tidak mentaatinya setelah tiga hari mereka akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Setelah tiga hari, tentara Yazid memasuki Madinah an-Nabawiyah, membunuh mereka, merampas harta mereka, bahkan menodai kehormatan-kehormatan wanita yang suci, kemudian mengirimkan tentaranya ke Mekkah yang mulia dan mengepungnya. Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekkah dan hal ini merupakan permusuhan dan kedzaliman yang dikerjakan atas perintahnya.

Oleh karena itu, keyakinan Ahlus Sunnah dan para imam-imam umat ini adalah mereka tidak melaknat dan tidak mencintainya.

Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata: Aku katakan kepada ayahku: “Sesungguhnya suatu kaum mengatakan bahwa mereka cinta kepada Yazid.” Maka beliau rahimahullah menjawab: “Wahai anakku, apakah akan mencintai Yazid seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir?” Aku bertanya: “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaknatnya?” Beliau menjawab: “Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu melaknat seseorang?” Diriwayatkan pula bahwa ditanyakan kepadanya: “Apakah engkau menulis hadits dari Yazid bin Mu’awiyyah?” Dia berkata: “Tidak, dan tidak ada kemulyaan, bukankah dia yang telah melakukan terhadap ahlul Madinah apa yang dia lakukan?”

Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja (Islam -pent). Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya.
Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
Bahwa seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering minum khamr.
Acap kali dia didatangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dicambuknya. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)

Walaupun demikian di kalangan Ahlus Sunnah juga ada yang membolehkan laknat terhadapnya karena mereka meyakini bahwa Yazid telah melakukan kedhaliman yang menyebabkan laknat bagi pelakunya.

Kelompok yang lain berpendapat untuk mencintainya karena dia seorang muslim yang memegang pemerintahan di zaman para shahabat dan dibai’at oleh mereka. Serta mereka berkata: “Tidak benar apa yang dinukil tentangnya padahal dia memiliki kebaikan-kebaikan, atau dia melakukannya dengan ijtihad.”

Pendapat yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para imam (Ahlus Sunnah), bahwa mereka tidak mengkhususkan kecintaan kepadanya dan tidak pula melaknatnya. Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni. (HR.
Bukhari)

Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan
Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.

dracula-pahlawan-salib-yang-kejam

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau filem Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat filem-filem seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)­yang dibuat ulang pada tahun 1979­dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.

Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia, keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman ­sebagai wakil Islam­ dan Kerajaan Honggaria ­sebagai wakil Kristian ­semakin panas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang boleh dikuasai, baik yang berada di Eropa mahu pun Asia. Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel­ benteng Kristian ­ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara­ yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab­ iaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, iaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:

“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:

“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mahu tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka keburukan mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania, Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala keburukan, kejahatan dan kelemahannya.

Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun filem, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat­ khususnya umat Islam sendiri yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampire yang kehausan darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka­ pahlawan dari pihak Islam­ dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.

Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang boleh mengalahkan Dracula si Kehausan Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.

Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga membuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak trajang Dracula yang lainnya.

Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain ­politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematik, yang apabila tidak berhati-hati maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini­walaupun masih merupakan langkah awal­ boleh dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita. [*]

Sumber Dari:Tentang Dracula