tag:blogger.com,1999:blog-56427249173492326412024-02-06T20:26:36.664-08:00semua kisah dan cerita ...indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-20668388593089087112008-05-27T05:51:00.000-07:002008-05-27T05:52:20.931-07:00kata-kata cinta<p>Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi</p> <p>Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.</p> <p>Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”</p> <p>Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.</p> <p>Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.</p> <p>Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.</p> <p>Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.</p> <p>Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.</p> <p>Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.</p> <p>Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.</p> <p>Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka</p> <p>Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.</p> <p>Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.</p> <p>Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.</p> <p>Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.<br />Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.</p> <p>Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.</p> <p>Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.</p> <p>Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.</p> <p>Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !</p> <p>Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.</p> <p>Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka</p> <p>Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.</p> <p>Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya</p> <p>Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.</p> <p>Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.</p> <p>Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.</p> <p>Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)</p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-9265451700176244222008-05-27T05:37:00.000-07:002008-05-27T05:46:56.675-07:00kekuatan atau kelemahan<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yang lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Lantas ia menemui sang guru; “Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja”.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Gurunya hanya menjawab singkat “Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan”</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tsb.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis & minder, ia menuruti permintaan sang guru & mereka berangkat ke ibukota.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan & mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Dalam perjalanan pulang, sembari membahas & mengevaluasi pertarungannya, sang anak melakukan Hansei ( perenungan ) bertanya kembali.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">“Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?”</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Sang Sensei ( Guru ) tersenyum & berkata;</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">"Muridku, Cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan & kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik & jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan & kelemahannya dan akhirnya memilih teknik & jurus yang sesuai, yaitu teknik2 yang memanfaatkan kekuat anya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan”.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">“Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus & teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu”.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yg memahami kekurangannya seharusnya bisa menya dari hal2 yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya.</span></span><br /><br /><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:verdana;">Dan orang-orang yang juara adalah orang2 yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan.</span></span></div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-32930814020085964262008-05-24T06:53:00.000-07:002008-05-24T07:02:35.507-07:00bahasa Sanskerta dalam bahasa Indonesia<ul><li><b>adi</b> (<i>ādi</i>): utama, pertama</li><li><b>adicita</b> (<i>ādicitta</i>)</li><li><b>adikara</b> (<i>adhikara</i>)</li><li><b>adipati</b> (<i>ādipati</i>): raja agung</li><li><b>adiraja</b> (<i>ādirāja</i>): raja utama</li><li><b>Aditya</b> (<i>Āditya</i>): (Dewa) Matahari</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a> (<i>āgama</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Din" title="Din">din</a>; tradisi suci</li><li><b>aji</b>: mantra</li><li>aja: hanya</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Huruf" title="Huruf">aksara</a> (<i>akṣara</i>): huruf</li><li><b>aksi</b> (<i>akṣi</i>): mata, sesuatu yang dilihat</li><li><b>alpa</b> : teledor, kekurangan</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerta" title="Amerta">amerta</a> (<i>amṛta</i>): ambrosia, nektar, air kehidupan</li><li><b>ancala</b> (<i>acala</i>): gunung</li><li><b>aneka</b> : macam-macam</li><li><b>angka</b> : bilangan</li><li><b>angkara</b> : murka</li><li><b>angkasa</b> (<i>ākāśa</i>): langit</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angsa" title="Angsa">angsa</a> (<i>haṃśa</i>): sowang</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angsoka" class="mw-redirect" title="Angsoka">angsoka</a> (<i>aśoka</i>): sejenis pohon</li><li><b>aniaya</b> (<i>anyāya</i>): siksa</li><li><b>antara</b> (<i>antara</i>): lain</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Antariksa" title="Antariksa">antariksa</a> (<i>antarikṣa</i>): luar angkasa</li><li><b>anugerah</b> (<i>anugraha</i>): pemberian</li><li><b>arca</b> (<i>arcā</i>): patung</li><li><b>ardi</b> (<i>ardi</i>): gunung</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arya" title="Arya">Arya</a> : bangsawan, orang India Utara</li><li><b>asa</b> : jiwa (dalam frasa "putus asa")</li><li><b>asmara</b> (<i>smara</i>): cinta</li><li><b>asrama</b> (<i>āśrama</i>): tempat padepokan</li><li><b>asta</b> (<i>aṣṭa</i>): delapan</li><li><b>astana</b> (<i>āsthāna</i>): tempat pemakaman raja dan kerabatnya. Lihat pula <b>istana</b>.</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Atharwaweda" class="mw-redirect" title="Atharwaweda">Atharwaweda</a> (<i>atharvaveda</i>): salah satu dari empat kitab Weda</li><li><b>atma</b> (<i>ātmā</i> atau <i>ātma</i>): jiwa</li><li><b>atmaja</b> (<i>ātmaja</i> atau <i>ātmajā</i>): anak</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Awatara" title="Awatara">Awatara</a> (<i>avatāra</i>): penjelmaan, penampakan Dewa di dunia.</li></ul> <p><a name="B" id="B"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=2" title="Sunting bagian: B">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">B</span></h2> <ul><li><b>baca</b> (<i>vaca</i>): mengartikan tulisan</li><li><b>bada</b> (<i>vāda</i>): bicara</li><li><b>bagai</b> (<i>bhāga</i>): mirip</li><li><b>bagi</b> (<i>bhāgī</i>): <ul><li><b>bagian</b> (<i>bhāgya</i>):</li><li><b>bahagian</b> (<i>bhāgya</i>):</li></ul> </li><li><b>bahagia</b> (<i>bhāgya</i>) : sukacita</li><li><b>bahasa</b> (<i>bhāṣa</i>): logat</li><li><b>bahaya</b> (<i>bhaya</i>): sesuatu yang mengancam</li><li><b>bahna</b> (<i>bhāna</i>): karena</li><li><b>bahtera</b> (<i>vahitra</i>): kapal</li><li><b>bahu</b> (<i>bāhu</i>): lengan</li><li><b>bahureksa</b> (<i>bāhurakṣa</i>): hiasan tangan</li><li><b>baiduri</b> (<i>vaidūrya</i>): opal</li><li><b>bakti</b> (<i>bhakti</i>): hormat, loyal</li><li><b>bala</b> (<i>bala</i>): tentara</li><li><b>banaspati</b> (<i>vanaspati</i>): pohon besar</li><li><b>bangsa</b> (<i>vaṃśa</i>): rakyat</li><li><b>bangsawan</b></li><li><b>bangsi</b> (<i>vaṃśi</i>): peluit</li><li><b>bareksa</b> (<i>vṛkṣa</i>): pohon</li><li><b>basmi</b> (dari frasa <i>bhasmī bhūta</i>): musnah</li><li><b>Batara</b> (<i>bhaṭāra</i>): Dewa</li><li><b>Batari</b> (<i>bhaṭārī</i>): Dewi</li><li><b>bausastra</b> (<i>bahuśāstra</i>): kamus</li><li><b>baya</b> (<i>vayas</i>): usia</li><li><b>bayangkara</b> (<i>bhayaṃkara</i>): penjaga</li><li><b>bayu</b> (<i>vāyu</i>): angin</li><li><b>bea</b> (<i>vyaya</i>): ongkos <ul><li><b>biaya</b> (<i>vyaya</i>)</li></ul> </li><li><b>beda</b> (<i>bheda</i>): diferensi <ul><li><b>beza</b></li></ul> </li><li><b>bedama</b></li><li><b>begawan</b> (<i>bhagavān</i>): orang suci</li><li><b>bejana</b> (<i>bhājana</i>): tempat menampung</li><li><b>belantara</b> (<i>vanāntara</i>): hutan</li><li><b>bencana</b> (<i>vāñcana</i>): malapetaka</li><li><b>benda</b> (<i>bhāṇḍa</i>): obyek</li><li><b>bendahara</b> (<i>bhāṇḍāgāra</i>): penjaga uang</li><li><b>berhala</b> (<i>bhaṭāra</i>): bentuk Tuhan</li><li><b>berhana</b></li><li><b>berita</b> (<i>vṛtta</i>):</li><li><b>biara</b> (<i>vihāra</i>): tempat kaum rohaniawan <ul><li><b>biarawan</b></li><li><b>biarawati</b></li></ul> </li><li><b>bicara</b> (<i>vicāra</i>): omong</li><li><b>bidadari</b> (<i>vidyādharī</i>): makhluk sorgawi</li><li><b>biji</b> (<i>bijā</i>): isi buah</li><li><b>biksu</b> (<i>bhikṣu</i>): seorang rohaniawan Buddha <ul><li><b>biksuni</b></li></ul> </li><li><b>binasa</b> (<i>vināśa</i>): hancur</li><li><b>birahi</b> (<i>virahin</i>): ingin bercinta</li><li><b>bisa</b> (1) (<i>viṣa</i>): racun</li><li><b>bisa</b> (2) (<i>viṣa</i>): boleh</li><li><b>brahma</b> (<i>brāhma</i>)</li><li><b>brahmana</b> <ul><li><b>brahmani</b></li></ul> </li><li><b>brahmi</b></li><li><b>brata</b> (<i>brata</i>): tapa</li><li><b>buana</b> (<i>bhuvana</i>): dunia</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya" title="Budaya">budaya</a> (<i>buddhaya</i>): berhubungan dengan akal, adab</li><li><b>Buddha</b> (<i>buddha</i>): seseorang yang telah sadar</li><li><b>budi</b> (<i>buddhi</i>): akal</li><li><b>bujangga</b> (<i>bhujaṅga</i>): ilmuwan. Lihat pula <b>pujangga</b></li><li><b>bukti</b> (<i>bhukti</i>):</li><li><b>bulu roma</b></li><li><b>bumantara</b> (<i>byomāntara</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Langit" title="Langit">langit</a></li><li><b>bumi</b> (<i>bhūmi</i>): planet ketiga dalam tatasurya, tanah</li><li><b>bumiputera</b> (<i>bhūmiputra</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pribumi" title="Pribumi">pribumi</a></li><li><b>bupala</b> (<i>bhūpāla</i>): raja</li><li><b>bupati</b> (<i>bhūpati</i>): raja</li><li><b>busana</b> (<i>bhūṣaṇa</i>): pakaian bagus</li><li><b>buta</b> (<i>bhūta</i>): raksasa</li><li><b>butala</b> (<i>bhūtala</i>): bumi</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Butayadnya&action=edit&redlink=1" class="new" title="Butayadnya (belum dibuat)">butayadnya</a> (<i>bhūtayajña</i>): persembahan atau kurban kepada <i><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buta" class="mw-redirect" title="Buta">buta</a></i></li></ul> <p><a name="C" id="C"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=3" title="Sunting bagian: C">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">C</span></h2> <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai" title="Cabai">cabai</a> (<i>cavi</i>): lombok</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cahaya" title="Cahaya">cahaya</a> (<i>chāya</i>): sinar</li><li><b>cakrabuana</b> (<i>cakrabhūvana</i>):</li><li><b>cakra</b> (<i>cakra</i>): roda <ul><li><b>cakram</b> (<i>cakram</i>): diskus</li></ul> </li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cakrawala" class="mw-redirect" title="Cakrawala">cakrawala</a> (<i>cakravāla</i>): ufuk, horison</li><li><b>candala</b> (<i>caṇḍāla</i>): orang buangan; dari kasta terendah; paria <ul><li><b>cendala</b></li></ul> </li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Candi" title="Candi">candi</a> (<i>caṇḍi</i>): gedung peninggalan Hindu-Buddha kuna</li><li><b>candra</b> (<i>candra</i>): bulan (satelit bumi)</li><li><b>candramawa</b></li><li><b>candrasa</b></li><li><b>candrasengkala</b></li><li><b>cara</b> (<i>ācāra</i>): kelakuan</li><li><b>caraka</b> (<i>caraka</i>): duta</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Catur" title="Catur">catur</a> (1) : sebuah permainan papan <ul><li><b>caturangga</b></li><li><b>syatranji</b></li></ul> </li><li><b>catur</b> (2): empat</li><li><b>cedera</b> (<i>chidra</i>): luka</li><li><b>cela</b> (<i>chala</i>): cacat</li><li><b>celaka</b> (<i>chalaka</i>): musibah</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cempaka" class="mw-redirect" title="Cempaka">cempaka</a> (<i>campaka</i>): nama sebuah bunga (<i>Michelia Champaka</i>)</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cendana" title="Cendana">cendana</a> (<i>candana</i>): nama sebuah tumbuhan</li><li>cendekia <ul><li><b>cendekiawan</b></li></ul> </li><li><b>cendera</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cendrawasih" class="mw-redirect" title="Cendrawasih">cendrawasih</a> (<i>candra</i> + <i>vāsi</i>): nama burung di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua" title="Papua">Papua</a></li><li><b>cengkerama</b> (<i>caṅkrama</i>): bersantai</li><li><b>cerita</b> (<i>carita</i>): kisah <ul><li>ceritera (<i>caritra</i>): kisah</li></ul> </li><li><b>cerna</b></li><li><b>cinta</b> (<b>cintā</b>): kasih</li><li><b>cintamani</b></li><li><b>cita</b> (<i>citta</i>): pikiran <ul><li><b>cipta</b> : inovasi</li></ul> </li><li><b>citra</b> (<i>citra</i>): gambar</li><li><b>cuci</b> (<i>śuci</i>): membersihkan</li><li><b>cuka</b> (<i>cukra</i>): bahan pengasam</li><li><b>cula</b> (<i>cūlā</i> atau <i>cūḍā</i>): tanduk</li><li><b>curiga</b> (<i>churikā</i>): mendakwa</li></ul> <p><a name="D" id="D"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=4" title="Sunting bagian: D">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">D</span></h2> <ul><li><b>dadih</b></li><li><b>dahaga</b></li><li><b>daksina</b> : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Selatan" title="Selatan">selatan</a></li><li><b>dana</b></li><li><b>dasa</b> (<i>daśa</i>): sepuluh</li><li><b>dasawarsa</b> (<i>daśawarṣa</i>): dekade, sepuluh tahun</li><li><b>delima</b></li><li><b>denda</b> (<i>daṇḍa</i>): hukuman <ul><li><b>dendam</b> (<i>daṇḍa</i> mungkin dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Tamil" title="Bahasa Tamil">bahasa Tamil</a>): rasa ingin membalas sesuatu yang dialami</li></ul> </li><li><b>derita</b> (<i>dhṛta</i>): kesengsaraan</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Desa" title="Desa">desa</a> (<i>deśa</i>): daerah non-urban; daerah administratif terkecil</li><li><b>Dewa</b> : Tuhan <ul><li><b>Dewata</b></li><li><b>Dewi</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dewayadnya&action=edit&redlink=1" class="new" title="Dewayadnya (belum dibuat)">Dewayadnya</a> (<i>dewayajña</i>): persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu</li></ul> </li><li><b>dewadaru</b> : <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kenikir" title="Kenikir">kenikir</a></li><li><b>dewangga</b></li><li><b>dewasa</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dharma" title="Dharma">dharma</a> (<i>dharma</i>): kewajiban dan sebagainya <ul><li><b>darma</b></li><li><b>derma</b> : sumbangan</li></ul> </li><li><b>dirgantara</b> (<i>digantara</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Langit" title="Langit">langit</a></li><li><b>dirgahayu</b> (<i>dīrghāyuṣa</i>): panjang umur</li><li><b>dosa</b> (<i>doṣa</i>): kesalahan</li><li><b>duli</b></li><li><b>dupa</b></li><li><b>dusta</b></li><li><b>duta</b> (<i>dūta</i>): wakil, caraka</li><li><b>dwi</b></li></ul> <p><a name="E" id="E"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=5" title="Sunting bagian: E">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">E</span></h2> <ul><li><b>eka</b> : satu <ul><li><b>ekabahasa</b> (<b>eka</b> + <b>bhāṣā</b>): monolingual</li><li><b>ekamatra</b></li><li><b>ekasila</b></li></ul> </li><li><b>embara</b> (<i>digambara</i>): berkelana</li><li><b>erti</b> (<i>artha</i>): arti, makna</li></ul> <p><a name="G" id="G"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=6" title="Sunting bagian: G">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">G</span></h2> <ul><li><b>gada</b></li><li><b>gaharu</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah" title="Gajah">gajah</a> (<i>gaja</i>): suatu hewan besar</li><li><b>gala</b></li><li><b>galuh</b></li><li><b>ganda</b> <ul><li>gandapura</li><li>gandaria</li><li>gandarusa</li><li>gandasturi</li><li>gandasuli</li></ul> </li><li><b>gandarwa</b></li><li><b>gandewa</b> (<i>gaṇḍīva</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Busur" class="mw-redirect" title="Busur">busur</a>, terutama busur sang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arjuna" title="Arjuna">Arjuna</a></li><li><b>gandola</b></li><li><b>gandi</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gangga" title="Gangga">Gangga</a> (<i>gaṅgā</i>): sungai di India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga</li><li><b>gangsa</b></li><li><b>gapura</b></li><li><b>garba</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda" title="Garuda">Garuda</a> (<i>garuḍa</i>): burung mitologis, wahana Dewa Wisnu</li><li><b>gatra</b></li><li><b>gaya</b></li><li><b>gembala</b></li><li><b>genta</b></li><li><b>gergaji</b></li><li><b>gergasi</b></li><li><b>gerhana</b></li><li><b>giri</b> (<i>giri</i>): gunung</li><li><b>gita</b></li><li><b>goni</b></li><li><b>graha</b> (<i>gṛha</i>): rumah, gedung <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Griya&action=edit&redlink=1" class="new" title="Griya (belum dibuat)">griya</a>: di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bali" title="Bali">Bali</a> rumah keluarga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Brahmana" title="Brahmana">brahmana</a></li></ul> </li><li><b>grahita</b></li><li><b>gua</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gula" title="Gula">gula</a> : pemanis</li><li><b>gulana</b> (<i>glāna</i>): rasa gundah</li><li><b>gulma</b></li><li><b>guna</b> (<i>guṇa</i>): manfaat <ul><li><b>gunawan</b> (<i>guṇa</i> + sufiks <i>vant</i>)</li></ul> </li><li><b>gurindam</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Guru" title="Guru">guru</a> (<i>guru</i>): pengajar</li><li><b>gusti</b></li></ul> <p><a name="H" id="H"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=7" title="Sunting bagian: H">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">H</span></h2> <ul><li><b>harsa</b> (<i>harṣa</i>): sukacita</li><li><b>harta</b> (<i>artha</i>): uang, kekayaan material</li><li><b>hasta</b> : tangan</li><li><b>hatta</b> (<i>ātha</i>): syahdan, maka (kata penghubung)</li><li><b>hima</b> : kabut (harafiah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salju" title="Salju">salju</a>)</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Himalaya" class="mw-redirect" title="Himalaya">Himalaya</a> (<i>himâlaya</i>): nama pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"</li><li><b>hina</b> : rendah</li></ul> <p><a name="I" id="I"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=8" title="Sunting bagian: I">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">I</span></h2> <ul><li><b>idam</b></li><li><b>indera</b> <ul><li><b>indria</b></li></ul> </li><li>inggu</li><li><b>intisari</b></li><li><b>irama</b> (<i>virama</i>): ritma</li><li><b>istana</b> (<i>āsthāna</i>): tempat tinggal raja. Lihat <b>astana</b></li><li><b>istimewa</b> (<i>āstām eva</i>): khusus</li><li><b>istri</b> (<i>strī</i>): mitra pernikahan wanita</li></ul> <p><a name="J" id="J"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=9" title="Sunting bagian: J">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">J</span></h2> <ul><li><b>jaga</b> (<i>jagarti</i> tapi dalam <b>bahasa Prakerta</b> <i>jaga</i>): bangun</li><li><b>jagat</b> (<i>jagat</i>): dunia</li><li><b>jagat raya</b> (dari <i>jagattraya</i>: "tiga dunia"): <b>alam semesta</b></li><li><b>jaksa</b> (<i>adhyakṣa</i>): sang penuntut dalam mahkamah pengadilan</li><li><b>jala</b> (<i>jala</i>): jaring untuk menangkap ikan</li><li><b>jambu</b> (<i>jambu</i>): semacam pohon dan buahnya</li><li>japa (<i>japa</i>): mantra <ul><li>jampi (<i>japa</i>)</li></ul> </li><li>jana: manusia</li><li><b>janda</b> (<i>raṇḍa</i>): seorang wanita yang tidak memiliki suami</li><li><b>jantera</b> (<i>yantra</i>): alat yang berputar, roda</li><li><b>jasa</b> (<i>yaśa</i>): perbuatan terpuji</li><li><b>jati</b> (<i>jāti</i>): sejenis pohon</li><li>jatmika (<i>adhyātmika</i>): hormat</li><li><b>jaya</b> : menang</li><li><b>jebad</b></li><li><b>jeladri</b></li><li>jelata (<i>janatā</i>): rakyat</li><li>jelita (<i>lalita</i>): cantik</li><li><b>jelma</b> (<i>janma</i>): orang</li><li>jempana (<i>jampana</i>): pelangkin</li><li>jenggala (<i>jaṅgala</i>): gurun</li><li>jenitri (<i>gaṇitrikā</i>): sejenis pohon dan buahnya (<i>elaecorpus ganitrus</i>)</li><li><b>jiwa</b> (<i>jīva</i>): roh</li><li>juita (<i>jīvita</i>): manis</li><li>jumantara (<i>vyomāntara</i>): langit</li><li><b>juta</b> (<i>ayuta</i>): 1.000.000</li><li>jutawan : sangat kaya</li></ul> <p><a name="K" id="K"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=10" title="Sunting bagian: K">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">K</span></h2> <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten" title="Kabupaten">kabupaten</a> (dari kata <i>bhūpati</i>): wilayah pemerintahan seorang <b>bupati</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin" title="Kakawin">kakawin</a> (dari kata <i>kāvya</i>): sebuah sajak dalam metrum India</li><li><b>kala</b> (<i>kāla</i>): waktu</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalpataru" title="Kalpataru">kalpataru</a> (<i>kalpataru</i>): pohon kehidupan, pohon kelimpahan</li><li><b>kama</b> (<i>kāma</i>): cinta</li><li><b>Kamajaya</b> (<i>Kāmajaya</i>): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta</li><li><b>kanji</b></li><li><b>kapas</b> (<i>karpāsa</i>): sejenis bahan</li><li><b>karena</b> (<i>kāraṇa</i>): sebab</li><li><b>karma</b> (<i>karma</i>): hasil</li><li><b>karna</b> (<i>karṇa</i>): telinga</li><li><b>karunia</b> (<i>kāruṇya</i>): anugerah</li><li><b>karya</b> (<i>karya</i>): buatan</li><li><b>kata</b> (<i>katha</i>): satuan kalimat</li><li><b>kawi</b> (<i>kāvya</i>): penyair</li><li><b>kecapi</b> (<i>kacchapī</i>): alat musik petik</li><li><b>keling</b> (<i>Kaliṅga</i>): India bagian selatan</li><li><b>keluarga</b> (<i>kulavarga</i>): famili</li><li><b>kemala</b></li><li><b>kendala</b></li><li><b>kendi</b> (<i>kuṇḍi</i> atau <i>kuṇḍikā</i>): bejana air</li><li><b>kenya</b> (<i>kanyā</i>): gadis</li><li><b>kepala</b> (<i>kapāla</i>): bagian tubuh yang teratas</li><li><b>keranda</b></li><li><b>kerja</b> (<i>karya</i>): sesuatu yang diperbuat</li><li><b>kesatria</b> (<i>kṣatriya</i>): lihat <b>ksatria</b></li><li><b>kesturi</b> (<i>kastūrikā</i>): jebat, musang</li><li><b>kesumba</b></li><li><b>ketika</b></li><li><b>kirana</b> (<i>kiraṇa</i>): sinar</li><li><b>kokila</b> : sejenis burung</li><li><b>kota</b> (<i>kuṭa</i>): benteng, wilayah urban</li><li><b>koti</b> (<i>koṭi</i>): 100.000</li><li><b>krama</b> : cara, aturan</li><li><b>kresnapaksa</b> (<i>kṛṣṇapakṣa</i>): paruh gelap bulan</li><li><b>krida</b> (<i>krīḍā</i>): tindakan terpuji</li><li><b>ksatria</b> (<i>kṣatriya</i>): kasta kedua, bangsawan, seorang laskar</li><li><b>kuasa</b> (dari kata <i>waśa</i>):</li><li><b>kulasentana</b> (<i>kulasantāna</i>): suku</li><li><b>kulawangsa</b> (<i>kulavaṃśa</i>): klan</li><li><b>kunarpa</b> : mayat, bangkai</li><li><b>kunci</b> (<i>kuñcikā</i>): menutup</li><li><b>kunta</b></li><li><b>kusa</b></li><li><b>kusta</b></li><li><b>kusuma</b> (<i>kuṣuma</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga" title="Bunga">bunga</a></li></ul> <p><a name="L" id="L"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=11" title="Sunting bagian: L">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">L</span></h2> <ul><li><b>laba</b> (<i>labha</i>): untung</li><li><b>lagu</b> (<i>laghu</i>): nyanyian</li><li><b>laksa</b> (<i>lakṣa</i>): 10.000</li><li><b>laksana</b> (<i>lakṣaṇa</i>)</li><li><b>lengkara</b></li><li><b>lingga</b> (<i>liŋga</i>)</li><li><b>logam</b></li><li><b>loka</b></li><li><b>lokakarya</b></li><li><b>lokananta</b></li><li><b>lokapala</b></li><li><b>lintas</b></li></ul> <p><a name="M" id="M"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=12" title="Sunting bagian: M">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">M</span></h2> <ul><li><b>madia</b> (<i>madya</i>): tengah <ul><li><b>madya</b></li></ul> </li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Madu" title="Madu">madu</a> (<i>madhu</i>): cairan manis produk lebah <ul><li><b>madukara</b></li></ul> </li><li><b>maha</b> (<i>mahā</i>): besar</li><li><b>Maharaja</b> (<i>mahārāja</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kaisar" title="Kaisar">Kaisar</a></li><li><b>mahkota</b></li><li><b>makara</b></li><li><b>mala</b></li><li><b>malapetaka</b></li><li><b>manah</b></li><li><b>mandala</b></li><li><b>mangsa</b></li><li><b>mangsi</b></li><li><b>manik</b></li><li><b>manikam</b></li><li><b>mantra</b></li><li><b>mantri</b></li><li><b>manusayadnya</b></li><li><b>manusia</b></li><li><b>mara</b></li><li><b>marabahaya</b></li><li><b>marga</b></li><li><b>margasatwa</b></li><li><b>masa</b></li><li><b>materai</b></li><li><b>matra</b></li><li><b>maya</b></li><li><b>mayapada</b></li><li><b>mega</b> (<i>megha</i>): awan</li><li><b>melati</b></li><li><b>menteri</b></li><li><b>mercapada</b></li><li><b>merdeka</b> <ul><li><b>mahardika</b></li></ul> </li><li><b>merdu</b></li><li><b>merica</b></li><li><b>merpati</b></li><li><b>mesra</b></li><li><b>mesti</b></li><li><b>mestika</b></li><li><b>mina</b> : ikan</li><li><b>mintuna</b></li><li><b>mitra</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Moksa" title="Moksa">moksa</a> (<i>mokṣa</i>): kelepasan dari sengsara</li><li><b>muda</b> (<i>mūḍha</i>): tidak tua</li><li><b>muka</b></li><li><b>mula</b></li><li><b>mustika</b></li><li><b>mutiara</b></li></ul> <p><a name="N" id="N"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=13" title="Sunting bagian: N">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">N</span></h2> <ul><li><b>nada</b></li><li><b>naga</b></li><li><b>nama</b> (<i>nāma</i>): sebutan atau panggilan</li><li><b>nara</b></li><li><b>narapati</b></li><li><b>narapidana</b></li><li><b>nata</b></li><li><b>nawa</b> (<i>sembilan</i>)</li><li><b>negara</b></li><li><b>negeri</b></li><li><b>neraca</b></li><li><b>neraka</b> (<i>naraka</i>):</li><li><b>netra</b> (<i>netra</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mata" title="Mata">mata</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nila" title="Nila">nila</a></li><li><b>nirmala</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nirwana" title="Nirwana">nirwana</a> (<i>nirvana</i>): stadium kelepasan jiwa</li><li><b>niscaya</b></li><li><b>niskala</b></li><li><b>nista</b></li></ul> <p><a name="O" id="O"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=14" title="Sunting bagian: O">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">O</span></h2> <ul><li><b>ojah</b></li></ul> <p><a name="P" id="P"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=15" title="Sunting bagian: P">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">P</span></h2> <ul><li><b>pada</b></li><li><b>padma</b> <ul><li><b>padmi</b></li><li><b>padam</b></li><li><b>patma</b></li><li><b>fatma</b></li></ul> </li><li><b>pahala</b></li><li><b>paksa</b></li><li><b>paksi</b> (<i>pakṣi</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Burung" title="Burung">burung</a> <ul><li><b>peksi</b></li></ul> </li><li><b>paksina</b></li><li><b>pala</b></li><li><b>panca</b> (<i>pañca</i>): lima</li><li><b>pancaka</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_Buddhis" class="mw-redirect" title="Pancasila Buddhis">pancasila</a> (1) (<i>pañcaśīla</i>): lima kaidah falsafah Buddhis</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila" title="Pancasila">Pancasila</a> (2) (<i>pañcaśīla</i>): ideologi negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pancatantra" class="mw-redirect" title="Pancatantra">Pancatantra</a> (<i>pañcatantra</i>): sebuah karya sastra dari India Kuna</li><li><b>pandai</b></li><li><b>pandita</b></li><li><b>panitia</b></li><li><b>papa</b></li><li><b>para</b></li><li><b>parameswara</b></li><li><b>parameswari</b></li><li><b>parisada</b></li><li><b>parwa</b></li><li><b>pasca</b> (<i>paścat</i>): setelah</li><li><b>pataka</b></li><li><b>patera</b></li><li><b>patih</b></li><li><b>pawaka</b>: api</li><li><b>pawana</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Payudara" title="Payudara">payudara</a> (<i>payodhara</i>): buah dada wanita</li><li><b>pedanda</b></li><li><b>pedati</b></li><li><b>pekerti</b></li><li><b>pendapa</b></li><li><b>pendeta</b></li><li><b>penjara</b></li><li><b>perada</b></li><li><b>perbawa</b></li><li><b>percaya</b></li><li><b>perdana</b></li><li><b>peribahasa</b></li><li><b>peristiwa</b></li><li><b>perkara</b></li><li><b>permaisuri</b></li><li><b>permata</b></li><li><b>persada</b></li><li><b>pertama</b></li><li><b>pertiwi</b></li><li><b>perwara</b></li><li><b>petaka</b></li><li><b>pidana</b></li><li><b>pitayadnya</b></li><li><b>prabu</b></li><li><b>prahara</b></li><li><b>prakarsa</b></li><li><b>prakarya</b></li><li><b>prakata</b></li><li><b>prameswari</b></li><li><b>pramugara</b></li><li><b>pramugari</b></li><li><b>pramuria</b></li><li><b>pramuwisata</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pranala" title="Pranala">pranala</a> (<i>praṇāla</i>): pautan atau tautan di internet</li><li><b>pranata</b></li><li><b>prasangka</b></li><li><b>prasarana</b></li><li><b>prasasti</b></li><li><b>prasetya</b></li><li><b>prawacana</b></li><li><b>pria</b></li><li><b>pribumi</b></li><li><b>puasa</b></li><li><b>puja</b></li><li><b>pujangga</b></li><li><b>puji</b></li><li><b>punggawa</b></li><li><b>pura</b></li><li><b>purba</b> <ul><li><b>purbakala</b></li></ul> </li><li><b>puri</b></li><li><b>purnama</b></li><li><b>purwa</b></li><li><b>pusaka</b></li><li><b>puspa</b></li><li><b>puspadanta</b></li><li><b>puspita</b></li><li><b>pustaka</b></li><li><b>putra</b></li><li><b>putri</b></li></ul> <p><a name="R" id="R"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=16" title="Sunting bagian: R">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">R</span></h2> <ul><li><b>raga</b></li><li><b>rahasia</b></li><li><b>raja</b></li><li><b>rajaberana</b></li><li><b>rajah</b></li><li><b>rajalela</b></li><li><b>rajawali</b></li><li><b>raksa</b></li><li><b>raksasa</b></li><li><b>raksasi</b></li><li><b>ramai</b></li><li><b>rasa</b></li><li><b>rasa</b></li><li><b>rasi</b></li><li><b>rata</b></li><li><b>ratna</b></li><li><b>reca</b></li><li><b>rela</b></li><li><b>remaja</b></li><li><b>rencana</b></li><li><b>renjana</b></li><li><b>resi</b></li><li><b>restu</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rgweda" class="mw-redirect" title="Rgweda">Rgweda</a>: kitab suci umat Hindu</li><li><b>rona</b></li><li><b>rupa</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rupiah" title="Rupiah">Rupiah</a> (<i>rūpya</i>): mata uang Indonesia</li></ul> <p><a name="S" id="S"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=17" title="Sunting bagian: S">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">S</span></h2> <ul><li><b>sabda</b> (<i>sabda</i>): kata, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Firman" title="Firman">firman</a></li><li><b>sad</b> (<i>ṣaḍ</i>): enam</li><li><b>sadaya</b></li><li><b>sahaja</b> (<i>sahaja</i>): sederhana</li><li><b>sahaya</b> (<i>sahāya</i>): hamba</li><li><b>saka</b></li><li><b>sakala</b></li><li><b>saksi</b> (<i>sakṣi</i>)</li><li><b>sakti</b> (<i>śakti</i>): kekuatan supranatural</li><li><b>sama</b></li><li><b>samapta</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samsara" title="Samsara">samsara</a> (<i>saṃsāra</i>): lahir kembali di dunia, lihat pula <b>sengsara</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra" title="Samudra">samudra</a> (<i>samudra</i>): laut besar</li><li><b>sandi</b></li><li><b>sandiwara</b></li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggama" class="mw-redirect" title="Sanggama">sanggama</a> (<i>saṃgama</i>): hubungan seksual</li><li><b>sanggamara</b></li><li><b>sangka</b></li><li><b>sangka</b></li><li><b>sangkala</b></li><li><b>sangsi</b></li><li><b>Sansekerta</b> (<i>saṃskṛta</i>): bahasa yang sempurna <ul><li><b>Sanskerta</b></li><li><b>Sangskerta</b></li><li><b>Sanskrit</b></li></ul> </li><li><b>santri</b> (<i>śāstri</i>): seorang pelajar agama Islam, biasa tinggal di sebuah asrama <ul><li><b>pesantren</b></li></ul> </li><li><b>santi</b></li><li><b>santika</b></li><li><b>sapta</b> (<i>tujuh</i>)</li><li><b>saptadarma</b></li><li><b>saptamarga</b></li><li><b>sarana</b></li><li><b>sari</b></li><li><b>sari</b></li><li><b>saripati</b></li><li><b>sarira</b></li><li><b>sarjana</b> (<i>sajjana</i>): seorang akademikus</li><li><b>sasakala</b></li><li><b>sasian</b></li><li><b>sastra</b></li><li><b>satria</b></li><li><b>satru</b></li><li><b>satwa</b></li><li><b>satyalancana</b></li><li><b>satyawacana</b></li><li><b>saudara</b></li><li><b>sayembara</b> (<i>svayambara</i>): kontes</li><li><b>seba</b></li><li><b>sederhana</b> (<i>sārdhāna</i>): simpel</li><li><b>sedia</b></li><li><b>sediakala</b></li><li><b>sedianya</b></li><li><b>segala</b></li><li><b>segara</b></li><li><b>sejahtera</b></li><li><b>selesma</b></li><li><b>selira</b></li><li><b>seloka</b> (<i>śloka</i>): larik puisi</li><li><b>semadi</b></li><li><b>semboyan</b></li><li><b>sementara</b></li><li><b>sempurna</b></li><li><b>semua</b></li><li><b>senantiasa</b></li><li><b>senapati</b></li><li><b>sendawa</b></li><li><b>sendi</b> (<i>sandhi</i>): penghubung</li><li><b>sengketa</b></li><li><b>sengsara</b> (<i>saṃsāra</i>): keadaan derita. Lihat pula <b>samsara</b></li><li><b>senjata</b> (<i>sajjita</i>): alat perang</li><li><b>sentosa</b></li><li><b>serati</b></li><li><b>seraya</b></li><li><b>serba</b></li><li><b>seribumi</b></li><li><b>serigala</b></li><li><b>sesira</b></li><li><b>setanggi</b></li><li><b>seteru</b> (<i>śatru</i>): musuh</li><li><b>setia</b> (<i>satya</i>): loyal</li><li><b>siksa</b></li><li><b>sila</b> (<i>śīla</i>): asas</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singa" title="Singa">singa</a> (<i>siṃha</i>): semacam kucing raksasa</li><li><b>singgasana</b> (<i>siṃhâsana</i>): takhta</li><li><b>sisa</b></li><li><b>siswa</b> (<i>siṣya</i>): murid</li><li><b>sorga</b> (<i>svarga</i>)</li><li><b>sri</b></li><li><b>sridanta</b></li><li><b>srikaya</b></li><li><b>stupa</b></li><li><b>su</b></li><li><b>suami</b></li><li><b>suara</b> (<i>svara</i>): bunyi</li><li><b>suasana</b></li><li><b>suci</b> (<i>śuci</i>): keramat</li><li><b>sudah</b> (<i>suddha</i>): telah</li><li><b>sudamala</b></li><li><b>sudara</b></li><li><b>sudi</b></li><li><b>sudra</b></li><li><b>suka</b></li><li><b>sukarela</b></li><li><b>suklapaksa</b></li><li><b>sukma</b></li><li><b>sula</b></li><li><b>sunyata</b></li><li><b>sunyi</b></li><li><b>suralaya</b></li><li><b>surya</b></li><li><b>suryakanta</b></li><li><b>susila</b></li><li><b>sutra</b></li><li><b>sutradara</b></li><li><b>swa</b> <ul><li><b>swakarsa</b></li><li><b>swakarya</b></li><li><b>swapraja</b></li><li><b>swasembada</b></li><li><b>swatantra</b></li></ul> </li><li><b>swasta</b></li></ul> <p><a name="T" id="T"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=18" title="Sunting bagian: T">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">T</span></h2> <ul><li><b>tabik</b> <ul><li><b>tabe</b></li></ul> </li><li><b>tabil</b></li><li><b>tala</b></li><li><b>tani</b></li><li><b>tantra</b></li><li><b>taru</b></li><li><b>taruna</b></li><li><b>tata</b> <ul><li><b>tata acara</b></li><li><b>tata surya</b></li><li><b>tata bahasa</b></li><li><b>tata busana</b></li><li><b>tata cara</b></li><li><b>tata guna</b></li><li><b>tata krama</b></li><li><b>tata laksana</b></li><li><b>tata nama</b></li><li><b>tata negara</b></li></ul> </li><li><b>tega</b> (<i>tyaga</i>): tidak perduli</li><li><b>teja</b></li><li><b>telaga</b></li><li><b>tembaga</b></li><li><b>tentara</b></li><li><b>tepaslira</b></li><li><b>terka</b></li><li><b>tetapi</b></li><li><b>tirta</b></li><li><b>tri</b></li><li><b>trimatra</b></li><li><b>trimurti</b></li><li><b>trisna</b></li><li><b>trisula</b></li><li><b>triwikrama</b></li><li><b>tuna</b> <ul><li><b>tuna aksara</b></li><li><b>tuna grahita</b></li><li><b>tuna susila</b></li></ul> </li></ul> <p><a name="U" id="U"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=19" title="Sunting bagian: U">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">U</span></h2> <ul><li><b>udara</b> (<i>udara</i>): zat di atmosfer bumi</li><li><b>umpama</b></li><li><b>unta</b> (<i>uṣṭra</i>): sejenis hewan yang hidup di <b>gurun pasir</b></li><li><b>upacara</b></li><li><b>upaduta</b></li><li><b>upah</b></li><li><b>upama</b></li><li><b>upaya</b> (<i>upāya</i>): daya, siasat</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Upeti" title="Upeti">upeti</a> (<i>utpatti</i>): sesuatu yang harus diberikan kepada pembesar, semacam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak" title="Pajak">pajak</a></li><li><b>urna</b></li><li><b>usaha</b> (<i>utsaha</i>)</li><li><b>usia</b> (<i>yuṣa</i>)</li><li><b>utama</b> (<i>uttama</i>)</li><li><b>utara</b> (<i>uttara</i>)</li></ul> <p><a name="V" id="V"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=20" title="Sunting bagian: V">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">V</span></h2> <ul><li><b>vihara</b> (<i>vihāra</i>): rumah ibadah kaum Buddha</li></ul> <p><a name="W" id="W"></a></p> <h2><span class="editsection">[<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Sanskerta_dalam_bahasa_Indonesia&action=edit&section=21" title="Sunting bagian: W">sunting</a>]</span> <span class="mw-headline">W</span></h2> <ul><li><b>wacana</b> (<i>vacana</i>)</li><li><b>wahana</b> (<i>vāhana</i>): medium, kendaraan</li><li><b>waisak</b></li><li><b>waisya</b></li><li><b>walimana</b> (<i>vimāna</i>): burung mitis</li><li><b>waluh</b></li><li><b>-wan</b> (<i>-vant</i>): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria <ul><li><b>-wati</b> (<i>-vatī</i>): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita</li></ul> </li><li><b>wana</b>: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan" title="Hutan">hutan</a></li><li><b>wanara</b> (<i>vaṇara</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kera" title="Kera">kera</a></li><li><b>wangsa</b> (<i>vaṃśa</i>): dinasti</li><li><b>wanita</b> : perempuan (terhormat)</li><li><b>waranggana</b></li><li><b>warga</b> : kaum</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Warna" title="Warna">warna</a> (<i>varṇa</i>): kelir</li><li><b>warsa</b> (<i>varṣa</i>): tahun</li><li><b>warta</b> (<i>vṛtta</i>): berita <ul><li><b>warta berita</b></li><li><b>wartawan</b> : jurnalis</li></ul> </li><li><b>waruna</b></li><li><b>waspada</b></li><li><b>wati</b></li><li><b>weda</b> : kitab suci</li><li><b>wedana</b></li><li><b>werda</b></li><li><b>wesak</b></li><li><b>wibawa</b></li><li><b>wibawa</b></li><li><b>wicara</b></li><li><b>widara</b></li><li><b>widya</b> : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran</li><li><b>widyakarya</b></li><li><b>widyawisata</b></li><li><b>wihara</b></li><li><b>wijaya</b></li><li><b>wiku</b></li><li><b>wimana</b></li><li><b>windu</b></li><li><b>wira</b></li><li><b>wiracarita</b> : epos</li><li><b>wirama</b></li><li><b>wiraswasta</b></li><li><b>wirawan</b></li><li><b>wisata</b> <ul><li><b>wisatawan</b></li></ul> </li><li><b>wisaya</b></li><li><b>wisma</b> : rumah</li><li><b>wisuda</b></li><li><b>wiwaha</b> (<i>vivāha</i>): pernikahan besar</li><li><b>wiyaga</b> : burung</li><li><b>wiyatabhakti</b></li><li><b>wredatama</b></li></ul> <p><a name="Y" id="Y"></a></p> <ul><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yajurweda" class="mw-redirect" title="Yajurweda">Yajurweda</a> (<i>yajurveda</i>): salah satu dari kitab <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Catur_Weda&action=edit&redlink=1" class="new" title="Catur Weda (belum dibuat)">Catur Weda</a></li><li><b>yantra</b> (<i>yantra</i>): alat. Lihat pula <b>jentera</b></li><li><b>yayasan</b> (berdasarkan <i>yaśa</i>): lembaga. Lihat pula <b>jasa</b>.</li><li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Yoga" title="Yoga">yoga</a> (<i>yoga</i>): bentuk tapa-samadi</li><li><b>yogi</b> (<i>yogin</i>): seseorang yang beryoga</li><li><b>yoni</b> (<i>yoni</i>): rahim, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vagina" title="Vagina">vagina</a>, alas lingga</li><li><b>yogya</b> (<i>yogya</i>): sesuai tatakrama</li><li><b>yojana</b> (<i>yojana</i>): ukuran, jarak kurang lebih 15 kilometer</li><li><b>yuda</b> (<i>yuddha</i>): <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perang" title="Perang">perang</a></li></ul>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-81775145917809920742008-05-20T21:09:00.000-07:002008-05-20T21:10:09.191-07:00bila aku jatuh cinta<i>Allahu Rabbi aku minta izin<br />Bila suatu saat aku jatuh cinta<br />Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang<br />Hingga membuat lalai akan adanya Engkau<br /><br />Allahu Rabbi<br />Aku punya pinta<br />Bila suatu saat aku jatuh cinta<br />Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas<br />Biar rasaku pada-Mu tetap utuh<br /><br />Allahu Rabbi<br />Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta<br />Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu<br />dan membuatku semakin mengagumi-Mu<br /><br />Allahu Rabbi<br />Bila suatu saat aku jatuh hati<br />Pertemukanlah kami<br />Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu<br /><br />Allahu Rabbi<br />Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati<br />Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku<br />Anugerahkanlah aku cinta-Mu...<br />Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu. Amin....!<br /><br /></i>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-29724753525795314042008-05-20T21:08:00.001-07:002008-05-20T21:09:29.261-07:00pesan-pesan jika aku matiBismillahir rahmanir rahiem,<br /><br />Keluargaku yang kusayangi,<br /><br />Aku tidak tahu kapan Sang Pemilik jiwaku ini memanggilku. <br />Namun demikian rasa khawatirku untuk tidak meninggalkan kesusahan dan keburukan sepeninggalku, telah mendorongku untuk berwasiat kepadamu sekalian.<br /><br />Hendaklah kamu sekalian tidak bersedih hati dengan apa saja yang luput darimu dan tidak pula meratapi apa2 yang telah ditakdirkan Allah (swt) agar menjadi bagian dari kisah kehidupan di dunia ini. Kematianku tidaklah berbeda dengan kematian manusia lainnya. Yang demikian adalah karena setiap yang bernyawa pasti akan mati. [1]<br />Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku tidak dapat memberi jaminan hidup atas hidupku sendiri sebagaimana aku tidak dapat memastikan apa yang dapat kita lakukan esok hari dari rencana2 kita. Yang demikian adalah karena kita adalah hamba2 Allah yang tidak memiliki sedikitpun kekuasaan dan kemampuan kecuali sekedar apa yang diberikan-Nya yang sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.<br /><br />Jika aku mati, hendaknya kamu sekalian tidak panik. Kematian adalah perkara biasa yang orang lain juga menghadapinya. Uruslah jenazahku dengan kemampuan terbaik kalian. Jika aku sempat mandi sebelum aku mati, maka hendaklah tidak seorangpun yang mengulanginya. Kewajiban kalian adalah menutupi bagian2-ku yang masih terbuka dengan kain (kafan). Jika tidak, maka mandikan dan bersihkanlah bagian2 yang penting sebelum kalian mengkafaniku sehingga aku layak untuk menghadap Allah (swt).<br /><br />Jika hanya seorang dari kalian yang ada di sisiku pada saat kematianku, hendaklah kamu memberitahu tetangga terdekat yang sekiranya mereka dapat membantu menguruskan jenazahku atau mereka memberitahu orang lain yang layak untuk memandikan dan mengkafankan jenazahku. Untuk hal ini, hendaklah mereka termasuk orang2 yang amanah yang dapat menjaga aurat dan aibku dengan baik.<br /><br />Di bumi mana aku mati, maka tempat yang paling layak dan paling baik bagi jenazahku adalah tanah perkuburan yang terdekat dengan tempat kematianku. Yang demikian lebih aku sukai agar tempatku termasuk hal2 yang akan dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah aku kerjakan buat agama ini. Oleh karena itu, janganlah se-kali2 kalian mencoba mengangkut atau membawa jenazahku lebih jauh dari tempat itu.<br /><br />Dan jangan biarkan jenazahku menunggu. Jangan pula seorang dari kalian, orangtua, sanak famili, sahabat, handai tolan dan kawan2 baikku dijadikan alasan untuk menunda jenazahku masuk liang lahat. Selain perkara ini tidak membebani mereka yang mengurus jenazahku, hal itu juga lebih baik bagi mereka yang datang kemudian.<br /><br />Jika yang datang kemudian adalah dari golongan orang2 yang sholeh, maka sudah tentu mereka akan tahu cara menolongku dengan pertolongan ghaib. Sebaliknya, jika yang datang kemudian adalah orang2 yang belum sempurna agamanya, maka hal itu tidak akan menambah kesalahan dan dosa mereka. [2]<br /><br />Tahanlah lisan kalian dalam mengekspresikan rasa bela sungkawa atau duka cita kalian. Meskipun aku rela kamu mencurahkan air matamu, tetapi janganlah se-kali2 kamu meratap atau mengeluarkan kata2 kesedihan. Yang demikian adalah karena selain hal itu akan menyusahkanku di kubur, hal itu juga akan menjadi dosa bagimu.<br />Berserah dirilah kepada Allah (swt) tidak saja dalam urusan rezekimu, tetapi juga dalam semua aspek kehidupanmu. Yakinlah dengan keyakinan yang bulat bahwa Allah (swt) maha cermat dalam mengurus semua makhluk-Nya. Dia mustahil ceroboh sebagaimana Dia mustahil berbuat zhalim kepada ciptaan-Nya sendiri. Karena itu, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat [4].<br /><br />Tidak ada warisan terbaik yang dapat aku tinggalkan kepada kalian selain aku telah berusaha dengan segala daya agar kalian terbiasa berada di jalan Allah. Dan meskipun aku seringkali gagal dalam memberi kalian warisan akhlak yang agung sebagaimana akhlak Rasulullah (saw), tetapi paling tidak kalian telah mengetahui bagaimana cara menghadirkannya jika kalian mau. Dan sekiranya ada benda2 yang aku tinggalkan pada kalian, maka orang terbaik diantara kalian adalah dia yang paling tidak memerlukannya.<br /><br />Keluarga-ku, jika kelak kalian merindukanku, maka pasti dan pasti kalian akan menjumpaiku di akhirat hanya jika Allah (swt) ridho kepada kalian. Yang demikian adalah jika aku tercampak ke dalam neraka, maka sebagai ahli surga kalian dapat dengan mudah menziarahiku [5]. Sebaliknya, jika dengan rahmat-Nya, Allah (swt) memasukkanku sebagai salah seorang ahli surga, maka sesungguhnya tiada halangan apapun antara sesama ahli surga untuk saling menziarahinya.<br /><br />Dan jika datang kepadamu orang2 agar kalian mengikuti cara hidup lain selain yang telah diajarkan oleh Rasulullah (saw), maka kuatkanlah keyakinan kalian dan gigitlah erat2 agama (Islam) ini dengan gerahammu dan katakan dengan tegas dan tekad yang bulat, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia dari golongan orang musyrik." [6]<br /><br />La ilaha illallah Muhammadur rasulullah. Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhim. Subhanallah.<br /><br />Catatan kaki:<br /><i><br />[1] Tiap2 yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Qs al Ankabut 29:57)<br />[2] Termasuk di dalamnya adalah dengan melakukan sholatul ghaib dan membicarakan kebaikan2 mayyit.<br />[3] Termasuk di dalamnya adalah orang2 yang lemah batin saat melihat mayyit sehingga melakukan hal2 yang tidak syar'i seumpama meratap dlsb.<br />[4] Hai orang2 yang beriman, mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang2 yang sabar. (Qs al Baqarah 2:153)<br />Dan mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang2 yang khusyuk. (Qs al Baqarah 2:45)<br />[5] Dan penghuni2 surga berseru kepada penghuni2 neraka (dengan menziarahi mereka sambil mengatakan), "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab, "Betul." (Qs al A'raf 7:44)<br />[6] Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik." (Qs al Baqarah 2:135)<br /></i><br />Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullahindra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-26342365263256867432008-05-20T21:03:00.000-07:002008-05-20T21:08:39.450-07:00untuk calon istri ku kelak<i> Ukhti....<br />Jikalau tiba saatnya bertemu...<br />bersabarlah dikau dengan kekuranganku....<br />bersabarlah dikau dengan apa yang tampak sekilas....<br />sesungguhnya aku ini hanyalah seseorang anak adam yang<br />biasa-biasa saja....<br />yang biasa dipandang sebelah mata....<br /><br />Ukhti....<br />Jika Allah memang memilihku tuk mendampingimu....<br />Kumohon....<br />Hendaklah dikau selalu mengingatkan diriku ini yang<br />lemah ini....<br />Yang mungkin menelantarkan hak-hakmu....<br />Yang mungkin lupa diri dan tak tau diri....<br />Yang mungkin lupa akan kewajibanku ini....<br /><br />Ukhti....<br />Terimalah salamku ini....<br />Jagalah dirimu dengan sebaik-baiknya ukhti....<br />Berimanlah pada Allah swt....<br />dan bertakwalah pada Allah....<br />Patuhilah Allah dan Rasulnya....<br />Jangan terbawa oleh arus musuh-musuh Islam ukhti....<br /><br />Ingatlah.....<br />Sesungguhnya Allah swt. bersama orang-orang yang<br />sabar....<br /><br />Jikalau bukan takdir kita untuk bertemu....<br />Doaku semoga Allah mempertemukanmu dengan Ikhwan yang<br />lebih baik dariku....<br />Yang akan membahagiakanmu di dunia dan membimbingmu menuju<br />kebahagiaan akhirat....<br /><br /><br />Akhir kata....<br />Wassalam.<br /><br /> </i>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-81308015241081396102008-05-18T06:16:00.000-07:002008-05-18T06:20:55.490-07:00Galileo Galilei<p><b>Galileo Galilei</b> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/15_Februari" title="15 Februari">15 Februari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1564" title="1564">1564</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/8_Januari" title="8 Januari">8 Januari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1642" title="1642">1642</a>) adalah seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi" title="Astronomi">astronom</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Filosofi" title="Filosofi">filsuf</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika" title="Fisika">fisikawan</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Italia" title="Italia">Italia</a> yang memiliki peran besar dalam <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Revolusi_ilmiah&action=edit" class="new" title="Revolusi ilmiah">revolusi ilmiah</a>. Ia diajukan ke pengadilan gereja Italia pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/22_Juni" title="22 Juni">22 Juni</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1633" title="1633">1633</a>. Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan keyakinan gereja bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Ia divonis dengan hukuman mati.</p> <p>Karya-karyanya antara lain adalah penyempurnaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teleskop" title="Teleskop">teleskop</a>, berbagai observasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi" title="Astronomi">astronomi</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_Gerak_Newton&action=edit" class="new" title="Hukum Gerak Newton">hukum gerak</a> pertama dan kedua. Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai seorang pendukung <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus" title="Nicolaus Copernicus">Copernicus</a>.</p> <p>Menurut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Stephen_Hawking" title="Stephen Hawking">Stephen Hawking</a>, Galileo kemungkinan besar adalah penyumbang terbesar bagi dunia <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains" title="Sains">sains</a> modern. Ia juga sering disebut-sebut sebagai “bapak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi" title="Astronomi">astronomi</a> modern”, “bapak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika" title="Fisika">fisika</a> modern”, dan “bapak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains" title="Sains">sains</a>“. Hasil usahanya bisa dikatakan sebagai terobosan besar dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles" title="Aristoteles">Aristoteles</a>. Konfliknya dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Katolik_Roma" title="Gereja Katolik Roma">Gereja Katolik Roma</a> adalah sebuah contoh awal konflik antara otoritas <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a> dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kebebasan_berpikir&action=edit" class="new" title="Kebebasan berpikir">kebebasan berpikir</a> (terutama dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains" title="Sains">sains</a>) pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Barat" title="Barat">Barat</a>.</p> <p><a name="Biografi" id="Biografi"></a></p> <p>Galileo Galilei dilahirkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pisa" title="Pisa">Pisa</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuscany" title="Tuscany">Tuscany</a> pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/15_Februari" title="15 Februari">15 Februari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1564" title="1564">1564</a> sebagai anak pertama dari <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vincenzo_Galilei&action=edit" class="new" title="Vincenzo Galilei">Vincenzo Galilei</a>, seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematikawan" title="Matematikawan">matematikawan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musisi" title="Musisi">musisi</a> asal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Florence" title="Florence">Florence</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Giulia_Ammannati&action=edit" class="new" title="Giulia Ammannati">Giulia Ammannati</a>. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Pisa&action=edit" class="new" title="Universitas Pisa">Universitas Pisa</a> namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia ditawari jabatan di sana pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1589" title="1589">1589</a> untuk mengajar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika" title="Matematika">matematika</a>. Setelah itu, ia pindah ke <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Padua&action=edit" class="new" title="Universitas Padua">Universitas Padua</a> untuk mengajar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geometri" title="Geometri">geometri</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika" title="Mekanika">mekanika</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi" title="Astronomi">astronomi</a> sampai tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1610" title="1610">1610</a>. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sains" title="Sains">sains</a> dan membuat berbagai penemuan.</p> <p>Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1612" title="1612">1612</a>, Galileo pergi ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roma" title="Roma">Roma</a> dan bergabung dengan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Accademia_dei_Lincei&action=edit" class="new" title="Accademia dei Lincei">Accademia dei Lincei</a> untuk mengamati <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bintik_matahari&action=edit" class="new" title="Bintik matahari">bintik matahari</a>. Di tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus" title="Nicolaus Copernicus">Copernicus</a>, teori yang didukung oleh Galileo. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1614" title="1614">1614</a>, dari <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Santa_Maria_Novella&action=edit" class="new" title="Santa Maria Novella">Santa Maria Novella</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tommaso_Caccini&action=edit" class="new" title="Tommaso Caccini">Tommaso Caccini</a> mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1616" title="1616">1616</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kardinal" title="Kardinal">Kardinal</a> <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Roberto_Bellarmino&action=edit" class="new" title="Roberto Bellarmino">Roberto Bellarmino</a> menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.</p> <p>Galileo menulis <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saggiatore&action=edit" class="new" title="Saggiatore">Saggiatore</a> di tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1622" title="1622">1622</a>, yang kemudian diterbitkan pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1623" title="1623">1623</a>. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1624" title="1624">1624</a>, ia mengembangkan salah satu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop" title="Mikroskop">mikroskop</a> awal. Pada tahun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1630" title="1630">1630</a>, ia kembali ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Roma" title="Roma">Roma</a> untuk membuat izin mencetak buku <i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dialogo_sopra_i_due_massimi_sistemi_del_mondo&action=edit" class="new" title="Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo">Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo</a></i> yang kemudian diterbitkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Florence" title="Florence">Florence</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1632" title="1632">1632</a>. Namun, di tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Siena" title="Siena">Siena</a>.</p> <p>Di bulan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Desember" title="Desember">Desember</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1633" title="1633">1633</a>, ia diperbolehkan pensiun ke vilanya di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arcetri&action=edit" class="new" title="Arcetri">Arcetri</a>. Buku terakhirnya, <i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Discorsi_e_dimostrazioni_matematiche%2C_intorno_%C3%A0_due_nuove_scienze&action=edit" class="new" title="Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze">Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze</a></i> diterbitkan di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Leiden" title="Leiden">Leiden</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1638" title="1638">1638</a>. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/8_Januari" title="8 Januari">8 Januari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1642" title="1642">1642</a>, Galileo wafat di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arcetri&action=edit" class="new" title="Arcetri">Arcetri</a> saat ditemani oleh <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vincenzo_Viviani&action=edit" class="new" title="Vincenzo Viviani">Vincenzo Viviani</a>, salah seorang muridnya.</p> <p><a name="Astronomi" id="Astronomi"></a></p> <p>Tidak seperti yang dipercaya sebagian orang, Galileo tidak menciptakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teleskop" title="Teleskop">teleskop</a> tapi ia telah menyempurnakan alat tersebut. Ia menjadi orang pertama yang memakainya untuk mengamati langit, dan untuk beberapa waktu, ia adalah satu dari sedikit orang yang bisa membuat teleskop sebagus itu. Awalnya, ia membuat teleskop hanya berdasarkan deskripsi tentang alat yang dibuat di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1608" title="1608">1608</a>. Ia membuat sebuah teleskop dengan perbesaran 3x dan kemudian membuat model-model baru yang bisa mencapai 32x. Pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/25_Agustus" title="25 Agustus">25 Agustus</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1609" title="1609">1609</a>, ia mendemonstrasikan teleskop pada pembuat hukum dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Venesia" title="Venesia">Venesia</a>. Selain itu, hasil kerjanya juga membuahkan hasil lain karena ada pedagang-pedagang yang memanfaatkan teleskopnya untuk keperluan pelayaran. Pengamatan astronominya pertama kali diterbitkan di bulan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maret" title="Maret">Maret</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1610" title="1610">1610</a>, berjudul <i><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sidereus_Nuncius&action=edit" class="new" title="Sidereus Nuncius">Sidereus Nuncius</a></i>.</p> <p>Galileo menemukan tiga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Satelit_alami" title="Satelit alami">satelit alami</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jupiter" title="Jupiter">Jupiter</a> -<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Io&action=edit" class="new" title="Io">Io</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Europa&action=edit" class="new" title="Europa">Europa</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Callisto&action=edit" class="new" title="Callisto">Callisto</a>- pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/7_Januari" title="7 Januari">7 Januari</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1610" title="1610">1610</a>. Empat malam kemudian, ia menemukan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ganymede&action=edit" class="new" title="Ganymede">Ganymede</a>. Ia juga menemukan bahwa bulan-bulan tersebut muncul dan menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal dari pergerakan benda-benda tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet.</p> <p>Galileo adalah salah satu orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a> pertama yang mengamati <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bintik_matahari&action=edit" class="new" title="Bintik matahari">bintik matahari</a>, diperkirakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi" title="Astronomi">astronom</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa" title="Tionghoa">Tionghoa</a> sudah mengamatinya sejak lama. Selain itu, Galileo juga adalah orang pertama yang melaporkan adanya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung" title="Gunung">gunung</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Lembah" title="Lembah">lembah</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bulan" title="Bulan">bulan</a>, kesimpulan yang diambil melihat dari pola <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bayangan" title="Bayangan">bayangan</a> yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu “kasar dan tidak rata, seperti permukaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi" title="Bumi">bumi</a> sendiri”, tidak seperti anggapan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles" title="Aristoteles">Aristoteles</a> yang menyatakan bulan adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bola" title="Bola">bola</a> sempurna.</p> <p>Galileo juga mengamati planet <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Neptunus" title="Neptunus">Neptunus</a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1612" title="1612">1612</a> namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup</p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglv3YW7Lr0dx8qTAhMQU7MEad9SKWd24pmvy4irfI2VS0KmXJYxwtAfORvfhWt4nAa1H9tS_A71mF_13ZBNtRV3KcQa1jp4C6f37QCqVWDpq-c2NUJDVOLd-zX_cNUDT6riy2ISfT5KmU/s1600-h/204px-Galileo.arp.300pix.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglv3YW7Lr0dx8qTAhMQU7MEad9SKWd24pmvy4irfI2VS0KmXJYxwtAfORvfhWt4nAa1H9tS_A71mF_13ZBNtRV3KcQa1jp4C6f37QCqVWDpq-c2NUJDVOLd-zX_cNUDT6riy2ISfT5KmU/s200/204px-Galileo.arp.300pix.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5201706581547035602" border="0" /></a>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-32897634792099468082008-05-18T06:13:00.000-07:002008-05-18T06:14:20.246-07:00kisah-terbunuhnya-al-husein-radhyiallahuanhu<p style="margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.02in; text-indent: 0.03in; line-height: 150%;"><span style="font-size:85%;"><span style="font-family:Verdana, sans-serif;">Berbagai versi tentang fitnah yang terjadi sekitar terbunuhnya Al Hussain radhyillahu ‘anhu banyak tersebar diantara kita sehingga membuat sebagian kaum muslimin terjatuh kedalam hal yang dilarang yaitu mencela sebagian sahabat radhyillahu ‘anhum, kemudian kerancuan antara nama Yazid bin Muawiyyah dengan Yazid bin Abu Sufyan dimana Syeikhul islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan hal tersebut dalam (Majmu Fatawa jilid III hal 409 – 411) membuat sebagian kaum muslimin mengalami kebingungan, manakah sejarah dan kisah yang benar, apa yang terjadi sesungguhnya…??!</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Al-Hasan dan Al-Husein adalah putera dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum, cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari anak perempuannya Fathimah radhiyallahu ‘anha.<br />Mereka termasuk kalangan ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki keutamaan-keutamaan yang besar dan mendapat pujian-pujian</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya beliau bersabda:</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husein adalah kesayanganku dari dunia.<br />(HR. Bukhari dengan Fathul Bari, juz VII, hal. 464, hadits 3753 dan Tirmidzi, Ahmad dari Ibnu Umar)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Juga bersabda:<br />Al-Hasan dan Al-Husein adalah sayyid (penghulu) para pemuda ahlul jannah.<br />(HR. Tirmidzi, Hakim, Thabrani, Ahmad dan lain-lain dari Abi Sa’id al-Khudri; dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani dalam Silsilah Hadits Shahih, hal 423, hadits no. 796 dan beliau berkata hadits ini diriwayatkan pula dari 10 shahabat)</span></span></p> <p><span id="more-47"></span><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><strong><span style="color:#ff0000;">Riwayat Hidup Al-Husein dan Peristiwa Pembunuhannya</span></strong> </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;" align="left"><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"> Beliau dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun ke-empat Hijriyah.<br />Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam men- tahnik (yakni mengunyahkan kurma kemudian dimasukkan ke mulut bayi dengan digosokkan ke langit-langitnya ), mendoakan dan menamakannya Al-Husein.<br />Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah, juz VIII, hal. 152.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Berkata Ibnul Arabi dalam kitabnya Al-Awashim minal Qawashim: “Disebutkan oleh ahli tarikh bahwa surat-surat berdatangan dari ahli kufah kepada Al-Husein (setelah meninggalnya Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu).<br />Kemudian Al-Husein mengirim Muslim Ibnu Aqil, anak pamannya kepada mereka untuk membai’at mereka dan melihat bagaimana keikutsertaan mereka. Maka Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu memberitahu beliau (Al-Husein) bahwa mereka dahulu pernah mengkhianati bapak dan saudaranya. Sedangkan Ibnu Zubair mengisyaratkan kepadanya agar dia berangkat, maka berangkatlah Al- Husein. Sebelum sampai beliau di Kufah ternyata Muslim Ibnu Aqil telah terbunuh dan diserahkan kepadanya oleh orang-orang yang memanggilnya. “Cukup bagimu ini sebagai peringatan bagi yang mau mengambil peringatan” (kelihatannya yang dimaksud adalah ucapan Ibnu Abbas kepada Al-Husein ).</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Tetapi beliau radhiyallahu ‘anhu tetap melanjutkan perjalanannya dengan marah karena dien dalam rangka menegakkan al-haq. Bahkan beliau tidak mendengarkan nasehat orang yang paling alim pada jamannya yaitu ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan menyalahi pendapat syaikh para shahabat yaitu Ibnu Umar. Beliau mengharapkan permulaan pada akhir (hidup ), mengharapkan kelurusan dalam kebengkokan dan mengharapkan keelokan pemuda dalam rapuh ketuaan.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Tidak ada yang sepertinya di sekitarnya, tidak pula memiliki pembela-pembela yang memelihara haknya atau yang bersedia mengorbankan dirinya untuk membelanya. Akhirnya kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein, maka datang kepada kita musibah yang menghilangkan kebahagiaan jaman.<br />(lihat Al- Awashim minal Qawashim oleh Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dengan tahqiq dan ta’liq Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib, hal. 229-232)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em>Yang dimaksud oleh beliau dengan ucapannya ‘Kita ingin mensucikan bumi dari khamr Yazid, tetapi kita tumpahkan darah Al-Husein’ adalah bahwa niat Al-Husein dengan sebagian kaum muslimin untuk mensucikan bumi dari khamr Yazid yang hal ini masih merupakan tuduhan-tuduhan dan tanpa bukti, tetapi hasilnya justru kita menodai bumi dengan darah Al-Husein yang suci.</em><br />Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhibbudin Al-Khatib dalam ta’liq-nya terhadap buku Al-Awashim Minal Qawashim.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em>Ketika Al-Husein ditahan oleh tentara Yazid, Samardi Al-Jausyan mendorong Abdullah bin Ziyad untuk membunuhnya. Sedangkan Al-Husein meminta untuk dihadapkan kepada Yazid atau dibawa ke front untuk berjihad melawan orang-orang kafir atau kembali ke Mekah. Namun mereka tetap membunuh Al-Husein dengan dhalim sehingga beliau meninggal dengan syahid radhiyallahu ‘anhu. </em><br />Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Al-Husein terbunuh di Karbala di dekat Eufrat dan jasadnya dikubur di tempat terbunuhnya, sedangkan kepalanya dikirim ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah.<br />Demikianlah yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dan dari para imam yang lain.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em>Adapun tentang dibawanya kepala beliau kepada Yazid telah diriwayatkan dalam beberapa jalan yang munqathi’ (terputus) dan tidak benar sedikitpun tentangnya</em>.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Bahkan dalam riwayat-riwayat tampak sesuatu yang menunjukkan kedustaan dan pengada-adaan riwayat tersebut. Disebutkan padanya bahwa Yazid menusuk gigi taringnya dengan besi dan bahwasanya sebagian para shahabat yang hadir seperti Anas bin Malik, Abi Barzah dan lain-lain mengingkarinya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em>Hal ini adalah pengkaburan, karena sesungguhnya yang menusuk dengan besi adalah ‘Ubaidilah bin Ziyad</em>. Demikian pula dalam kitab-kitab shahih dan musnad, bahwasanya mereka menempatkan Yazid di tempat ‘Ubaidilah bin Ziyad. Adapun ‘Ubaidillah, tidak diragukan lagi bahwa dialah yang memerintahkan untuk membunuhnya (Husein) dan memerintahkan untuk membawa kepalanya ke hadapan dirinya. Dan akhirnya Ibnu Ziyad pun dibunuh karena itu.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em>Dan lebih jelas lagi bahwasanya para shahabat yang tersebut tadi seperti Anas dan Abi Barzah tidak berada di Syam, melainkan berada di Iraq ketika itu</em>.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><span style="color:#0000ff;">Sesungguhnya para pendusta adalah orang-orang jahil (bodoh), tidak mengerti apa-apa yang menunjukkan kedustaan mereka</span>.”<br />(Majmu’ Fatawa, juz IV, hal. 507-508)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Adapun yang dirajihkan oleh para ulama tentang kepala Al-Husein bin Ali radhiyallahu ‘anhuma adalah sebagaimana yang disebutkan oleh az- Zubair bin Bukar dalam kitabnya Ansab Quraisy dan beliau adalah seorang yang paling ‘alim dan paling tsiqah dalam masalah ini (tentang keturunan Quraisy). Dia menyebutkan bahwa kepala Al-Husein dibawa ke Madinah An-Nabawiyah dan dikuburkan di sana. Hal ini yang paling cocok, karena di sana ada kuburan saudaranya Al-Hasan, paman ayahnya Al-Abbas dan anak Ali dan yang seperti mereka. (Dalam sumber yang sama, juz IV, hal. 509)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Demikianlah Al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma terbunuh pada hari Jum’at, pada hari ‘Asyura, yaitu pada bulan Muharram tahun 61 H dalam usia 54 tahun 6 bulan.<br />Semoga Allah merahmati Al-Husein dan mengampuni seluruh dosa dosanya serta menerimanya sebagai syahid.<br />Dan semoga Allah membalas para pembunuhnya dan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih. Amin. </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;" align="center"> <span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><span style="color:#ff0000;"><strong>Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Mu’awiyyah</strong></span> </span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;" align="left"> <span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Untuk membahas masalah ini kita nukilkan saja di sini ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah secara lengkap dari Fatawa-nya sebagai berikut:</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em><span style="color:#0000ff;">Belum terjadi sebelumnya manusia membicarakan masalah Yazid bin Muawiyyah dan tidak pula membicarakannya termasuk masalah Dien</span></em>.<br />Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat terhadap Yazid bin Muawiyyah, bahkan bisa jadi mereka menginginkan dengan itu laknat kepada yang lainnya.<br />Sedangkan kebanyakan Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu. Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid termasuk orang-orang shalih yang besar dan Imam-imam yang mendapat petunjuk.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Maka golongan yang melampaui batas terhadap Yazid menjadi dua sisi yang berlawanan:</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><strong>Sisi pertama</strong>, mereka yang mengucapkan bahwa dia kafir zindiq dan bahwasanya dia telah membunuh salah seorang anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membunuh shahabat-shahabat Anshar, dan anak-anak mereka pada kejadian Al-Hurrah (pembebasan Madinah) untuk menebus dendam keluarganya yang dibunuh dalam keadaan kafir seperti kakek ibunya ‘Utbah bin Rab’iah, pamannya Al-Walid dan selain keduanya. Dan mereka menyebutkan pula bahwa dia terkenal dengan peminum khamr dan menampakkan maksiat-maksiatnya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><strong>Pada sisi lain</strong>, ada yang meyakini bahwa dia (Yazid) adalah imam yang adil, mendapatkan petunjuk dan memberi petunjuk. Dan dia dari kalangan shahabat atau pembesar shahabat serta salah seorang dari wali-wali Allah. Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa dia dari kalangan para nabi. Mereka mengucapkan bahwa barangsiapa tidak berpendapat terhadap Yazid maka Allah akan menghentikan dia dalam neraka Jahannam.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Mereka meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin ‘Adi bahwa ia adalah wali yang seperti ini dan seperti itu. Barangsiapa yang berhenti (tidak mau mengatakan demikian), maka dia berhenti dalam neraka karena ucapan mereka yang demikian terhadap Yazid.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Setelah zaman Syaikh Hasan bertambahlah perkara-perkara batil dalam bentuk syair atau prosa. Mereka ghuluw kepada Syaikh Hasan dan Yazid dengan perkara-perkara yang menyelisihi apa yang ada di atasnya Syaikh ‘Adi yang agung -semoga Allah mensucikan ruhnya-. Karena jalan beliau sebelumnya adalah baik, belum terdapat bid’ah-bid’ah yang seperti itu, kemudian mereka mendapatkan bencana dari pihak Rafidlah yang memusuhi mereka dan kemudian membunuh Syaikh Hasan bin ‘Adi sehingga terjadilah fitnah yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Dua sisi ekstrim terhadap Yazid tersebut menyelishi apa yang disepakati oleh para ulama dan Ahlul Iman.<br /><em>Karena sesungguhnya Yazid bin Muawiyyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak pula termasuk shahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan.<br />Dia termasuk kalangan pemuda-pemuda muslim bukan kafir dan bukan pula zindiq. Dia memegang kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin dan diridlai oleh sebagian yang lain. Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya</em>.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Namun pada masa pemerintahannya telah terjadi perkara-perkara besar<br />yaitu:</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">1. <em>Terbunuhnya Al-Husein radhiyallahu ‘anhu sedangkan Yazid tidak memerintahkan untuk membunuhnya</em> dan tidak pula menampakkan kegembiraan dengan pembunuhan Husein serta tidak memukul gigi taringnya dengan besi.<br />Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia memerintahkan untuk melarang Husein dengan melepaskannya dari urusan walaupun dengan memeranginya. Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya tatkala Samardi Al-Jausyan mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya.Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan dhalim.<br />Terbunuhnya beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk musibah besar, karena sesungguhnya terbunuhnya Al-Husein -dan ‘Utsman bin ‘Affan sebelumnya- adalah penyebab fitnah terbesar pada umat ini. Demikian juga pembunuh keduanya adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah. Ketika keluarga beliau radhiyallahu ‘anhu mendatangi Yazid bin Mua’wiyah, Yazid memuliakan mereka dan mengantarkan mereka ke Madinah.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Diriwayatkan bahwa Yazid melaknat Ibnu Ziyad atas pembunuhan Husein dan berkata: “Aku sebenarnya meridlai ketaatan penduduk Irak tanpa pembunuhan Husein.” Tetapi dia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhnya, tidak membela serta tidak pula membalasnya, padahal itu adalah wajib bagi dia. Maka akhirnya Ahlul Haq mencelanya karena meninggalkan kewajibannya, ditambah lagi dengan perkara-perkara yang lain. Sedangkan musuh-musuh mereka menambahkan kedustaan-kedustaan atasnya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">2. <em>Ahlil Madinah membatalkan bai’atnya kepada Yazid dan mereka mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya</em>. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka, memerintahkan mereka untuk taat dan jika mereka tidak mentaatinya setelah tiga hari mereka akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Setelah tiga hari, tentara Yazid memasuki Madinah an-Nabawiyah, membunuh mereka, merampas harta mereka, bahkan menodai kehormatan-kehormatan wanita yang suci, kemudian mengirimkan tentaranya ke Mekkah yang mulia dan mengepungnya. Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekkah dan hal ini merupakan permusuhan dan kedzaliman yang dikerjakan atas perintahnya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Oleh karena itu, keyakinan Ahlus Sunnah dan para imam-imam umat ini adalah mereka tidak melaknat dan tidak mencintainya.</span></span></p> <p style="margin-bottom: 0pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata: Aku katakan kepada ayahku: “Sesungguhnya suatu kaum mengatakan bahwa mereka cinta kepada Yazid.” Maka beliau rahimahullah menjawab: “Wahai anakku, apakah akan mencintai Yazid seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir?” Aku bertanya: “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaknatnya?” Beliau menjawab: “Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu melaknat seseorang?” Diriwayatkan pula bahwa ditanyakan kepadanya: “Apakah engkau menulis hadits dari Yazid bin Mu’awiyyah?” Dia berkata: “Tidak, dan tidak ada kemulyaan, bukankah dia yang telah melakukan terhadap ahlul Madinah apa yang dia lakukan?”</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja (Islam -pent). Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya.<br />Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:<br />Bahwa seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering minum khamr.<br />Acap kali dia didatangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dicambuknya. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Walaupun demikian di kalangan Ahlus Sunnah juga ada yang membolehkan laknat terhadapnya karena mereka meyakini bahwa Yazid telah melakukan kedhaliman yang menyebabkan laknat bagi pelakunya.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Kelompok yang lain berpendapat untuk mencintainya karena dia seorang muslim yang memegang pemerintahan di zaman para shahabat dan dibai’at oleh mereka. Serta mereka berkata: “Tidak benar apa yang dinukil tentangnya padahal dia memiliki kebaikan-kebaikan, atau dia melakukannya dengan ijtihad.”</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;"><em><span style="color:#0000ff;">Pendapat yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para imam (Ahlus Sunnah), bahwa mereka tidak mengkhususkan kecintaan kepadanya dan tidak pula melaknatnya. Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar</span></em>.</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni. (HR.<br />Bukhari)</span></span></p> <p><span style="font-family:Verdana, sans-serif;"><span style="font-size:85%;">Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan<br />Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.</span></span></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-7275184458972383922008-05-18T06:07:00.000-07:002008-05-18T06:08:45.963-07:00dracula-pahlawan-salib-yang-kejam<p>Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau filem Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat filem-filem seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)yang dibuat ulang pada tahun 1979dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi. </p><p><strong>Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?</strong> </p><p>Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia, keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman sebagai wakil Islam dan Kerajaan Honggaria sebagai wakil Kristian semakin panas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang boleh dikuasai, baik yang berada di Eropa mahu pun Asia. Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel benteng Kristian ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman. </p><p>Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab iaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, iaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia: </p><p>“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.” </p><p>Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut: </p><p>“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.” </p><p>Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mahu tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka keburukan mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania, Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala keburukan, kejahatan dan kelemahannya. </p><p>Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun filem, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat khususnya umat Islam sendiri yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampire yang kehausan darah. </p><p>Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka pahlawan dari pihak Islam dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka. </p><p>Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang boleh mengalahkan Dracula si Kehausan Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil. </p><p>Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga membuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak trajang Dracula yang lainnya. </p><p>Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematik, yang apabila tidak berhati-hati maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia iniwalaupun masih merupakan langkah awal boleh dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita. [*] </p><p>Sumber Dari:<strong><a title="Buka Mata, Buka Telinga, Buka Hati, Baca Lingkungan... Lalu Tulislah!" href="http://andips.blogspot.com/2007_10_21_archive.html#8618730403913059792">Tentang Dracula</a></strong></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-1239408046696415682008-05-15T20:37:00.000-07:002008-05-15T20:40:12.382-07:00roman cinta (khalil gibran)<div class="snap_preview"><p><strong>“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walaupun jalannya berliku-liku..dan, pabila sayapnya merangkumu…pasralah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”</strong></p> <p><strong>“..tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada ditangan cinta…terus hidup…sampai kematian datang dan terus menyeret mereka kepada tuhan…”</strong></p> <p><strong>“..aku ingin mencintaimu dengan sederhana ..seperti kata yang tak sempat di ucapkan kayu kepada api yang menjadikan abu…aku ingin mencintaimu dengan sederhana …seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikan tiada….”</strong></p> </div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-46648115120407111752008-05-15T20:32:00.000-07:002008-05-15T20:33:15.372-07:00ciuman prtama (khalil gibran)<div class="snap_preview"><p>Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta.</p> <p>Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan.<br />Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan , bab pertama dari suatu novel tentang manusia.<br />Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan.</p> <p>Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan nyanyian-nyanyiannya.<br />Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota.</p> <p>Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.<br />Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian.</p> <p>Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.</p> <p>Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan.</p> <p>:+: Kahlil Gibran :+:</p> </div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-51984738430842108022008-05-15T20:29:00.000-07:002008-05-15T20:30:08.017-07:00puisi cinta khalil gibran<div class="snap_preview"><p><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> “Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang” </span></strong></p> <p><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> </span> <span style="font-family: Footlight MT Light;"> “Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya” </span></strong></p> <p><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;">“</span><span style="font-family: Footlight MT Light;">Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”</span></strong></p> <p><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;">“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”</span></strong></p> <p><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> “…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”</span></strong><br /><strong><span style="background-color: rgb(255, 255, 0);"> </span> <span style="font-family: Footlight MT Light;"> </span></strong><br /><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> </span> <span style="font-family: Footlight MT Light;"> “…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”</span></strong><br /><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> </span></strong><br /><strong> <span style="font-family: Footlight MT Light;">“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”</span></strong><br /><strong> </strong><br /><strong><span style="font-family: Footlight MT Light;"> </span> <span style="font-family: Footlight MT Light;">“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”</span></strong></p> </div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-87102409156822660612008-05-15T20:21:00.000-07:002008-05-15T20:25:31.638-07:00karya indah khahlil gibran<span style="font-size: 85%;">Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?<br />Ketika kita menangis?<br />Ketika kita membayangkan?<br />Itu karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT<br />Ketika kita menemukan seseorang yangkeunikannya SEJALAN dengan kita<br />kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang<br />dinamakan CINTA<br /><br />Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan<br />Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan<br />Tapi ingatlah melepaskan BUKAN akhir dari dunia<br />Melainkan awal suatu kehidupan baru<br /><br />Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,mereka yang tersakiti,<br />mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba<br />Karena MEREKA-lah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah<br />menyentuh kehidupan mereka<br /><br />CINTA yang AGUNG?<br />Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya<br />Adalah ketika dia tidak mampedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia<br />Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum<br />sembari berkata "Aku turut berbahagia untukmu"<br /><br />Apabila cinta tidak berhasil BEBASKAN dirimu<br />Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI<br />Ingatlah bahwa kamu mungkin menemukan CINTA dan kehilangannya<br />Tapi ketika cinta itu mati kamu TIDAK perlu<br />mati bersamanya<br /><br />Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang MELAINKAN<br />mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh<br /><br />Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan,<br />kita belajar tentang diri kita sendiri<br />dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada<br /><br />penyesalan HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita<br />buat sendiri<br /><br />TEMAN SEJATI<br />adalah mereka yang mengerti ketika kamu berkata "Aku lupa.."<br />Menunggu selamanya ketika kamu berkata "Tunggu sebentar".<br />Tetap tinggal ketika kamu berkata "Tinggalkan aku sendiri".<br />Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata "Bolehkah saya masuk?"<br /><br />MENCINTAI<br />BUKANLAH bagaimana kamu melupakan melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN<br />BUKANLAH bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu MENGERTI<br />BUKANLAH apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu RASAKAN<br />BUKANLAH bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu BERTAHAN<br /><br />Lebih berbahaya mencucurkan air mata<br />dalam hati dibandingkan menangis tersedu-sedu<br />Air mata yang keluar dapat dihapus<br />Sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang<br /><br />Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang<br />Tapi ketika CINTA itu TULUS,<br />meskipun kalah, kamu TETAP MENANG<br />hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang<br />LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri<br />Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang<br />BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,<br />MELAINKAN karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia<br />apabila kita melepaskannya<br /><br />Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang,<br />jangan lepaskan dia<br />Jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai<br /><br />MELAINKAN BERJUANGLAH demi cintamu<br />Itulah CINTA SEJATI<br /><br />Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan<br />DARIPADA berjalan bersama orang "yang tersedia"<br /><br />Kadang kala orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu,<br />dan kadang kala teman yang menangis bersamamu adalah<br />CINTA YANG TIDAK KAMU SADARI KBERADAANNYA<br /><br />***<br />Cinta adalah sebuah lingkaran setan yang dipenuhi oleh malaikat,<br />Cinta adalah sebuah ketidak sengajaan yang diciptakan semesta,<br />Cinta adalah sesuatu yang akan kau dapatkan ketika kamu layak mendapatkannya,<br />Berjuang demi cinta bukan berarti mencari dan mengemis cinta<br />Ingat bahwasanya diluar sana masih banyak yang akan memberimu cinta<br />tanpa harus kau minta<br /><br />Cinta selalu tak akan pernah bisa diungkapkan dengan apapun yang sesuai dengan kehendak kita karena bahasa cinta adalah bahasa yang abstrak,<br />bahasa yang hanya akan bisa dimengerti oleh mereka yang peka dan mengenal apa itu cinta </span>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-72215240899263761912008-05-10T05:54:00.000-07:002008-05-10T05:56:41.928-07:00jutawan di usia muda<span style="font-family: verdana;">Bayangkan anda yang baru lepasan graduan atau berusia sekitar awal dua puluhan telah pun berstatus seorang jutawan. Tentunya menarik, bukan? </span><div align="justify"><div align="justify"><span style="font-family: Verdana; color: rgb(255, 255, 255);">...</span><span style="font-family: Verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..</span><span style="color: rgb(255, 255, 255);">.<br /></span>Kenyataannya ia boleh direalisasikan sekiranya seseorang itu mempunyai tekad dan matlamat yang jelas di samping sikap yang positif untuk berani mencuba. Bagi generasi muda, mereka mempunyai peluang yang luas jika mereka mampu menguasai pelbagai bidang dengan mempunyai daya kreativiti tinggi untuk mencipta beberapa perkhidmatan dan produk untuk orang ramai. </span><br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..<br /></span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;">Di barat ada usahawan yang muda bermula dalam usia 9 tahun bekerja sendiri dan akhirnya mereka memperolehi pendapatan sehingga tujuh angka. Mereka senantiasa berfikir sekalipun idea yang difikirkan merupakan idea biasa tetapi ia akhirnya menjadi realiti. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....<br /></span>Sebagai contoh berlaku perubahan pada Freser Doherty yang hanya menjalankan usaha cara lama. Pada tahun 2002 pada usia 14 tahun dia mula membuat jem dari resipi neneknya, di rumah keluarganya di Edinburgh, Scotland. Jem tersebut menjadi kesukaan jiran dan kawan-kawannya yang pergi ke gereja. Akhirnya jemnya mendapat perhatian ramai. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..</span> <img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5195655937743051970" style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgSM16Z0i0j5Q8oIVz-JOroU8jUEgLnY_aoodA5jMoWd1lnSayCOXUQV-wuSUVkaXO2sNUSnampttYZW2KOF1y1fB__FGnyvTb9gt7RyneGYwNWXjQrcgE9V2JVFZWuW002ufQ9PRJgI7v/s320/HOME_28.jpg" border="0" /> Bermula dari kenalan sehingga Doherty menerima tempahan yang banyak dan dia tidak mampu lagi membuat di rumah sehingga menyebabkan dia menyewa sebuah kedai memproses makanan untuk beberapa hari dalam masa sebulan dengan pekerja seramai 200 orang. Pada usia 16 tahun, setelah tamat sekolah dia membuat jem sepenuh masa. Tahun 2007, Waitrose sebuah supermarket di UK mempelawanya untuk menjual Superjamnya di supermarket mereka. Dalam beberapa bulan jemnya memasuki 184 Waitrose store, sehingga jualan bertambah. </span><br /><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..</span><br /></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;">Doherty kemudiannya meminjam RM40,000 daripada bank untuk menampung kos pengeluaran bagi mengeluarkan jem perasa Blueberry & Blackcurrent, Rhubarb &Ginger dan Cranberry & Raspberry. Akhirnya jemnya mendapat permintaan Tesco di 300 store melangkaui UK. Pada Mac lalu, Superjam dilancarkan di Tesco, Ireland. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....<br /></span>Tahun lalu sahaja Suprjam Doherty mencecah jualan RM2.7 juta. Pada tahun ini dijangkakan jualannya akan mencecah sehingga RM3.5 juta hingga RM6 juta. Tidak mengecewakan seperti mana dia mencadangkan kepada remaja bahawa "kena ada sikap menghadapi cabaran." </span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;">Dan sudah tentu pada usia 19 tahun dia gembira dengan kehidupannya.</span></div><div align="justify"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..</span></div><div align="justify"><span style="font-family: verdana;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwp4FbiFRbKQnNH8vus8XvfTTgTxRyB8eXLAw58B_9M3VxH5gvLS8U4_Ev7F8gRimuLqbZhGAuy7vgaTGWsyK5lTRbj5mtTVkVJ8plf5myN5yJuvXSAAMYUHzAjNcedEcsn6dLjeHMuTd7/s1600-h/610271208.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5195649984918379698" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwp4FbiFRbKQnNH8vus8XvfTTgTxRyB8eXLAw58B_9M3VxH5gvLS8U4_Ev7F8gRimuLqbZhGAuy7vgaTGWsyK5lTRbj5mtTVkVJ8plf5myN5yJuvXSAAMYUHzAjNcedEcsn6dLjeHMuTd7/s320/610271208.jpg" border="0" /></a>Jelas sudah bahawa dengan pendapatan tujuh angka di usia muda, jutawan ini telah mencipta kekayaan hasil kreativiti yang dibuat dan yakin dengan apa yang dilakukannya. Apakah kita rakyat Malaysia tidak dapat melakukan perkara sedemikian. Di depan kita terbentang luas masa depan untuk kerjaya berjaya dan menjadi jutawan. Apa yang perlu ada ialah semangat dan keberanian untuk memulakan. </span></div></div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-90932766056181440652008-05-10T05:43:00.000-07:002008-05-10T05:47:56.656-07:00kisah bill gates<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsatpLnr-FGEeTr0CxC-2KaProaOp19fGcRvR2gmV8UOucDLFBtssUnpOby7SCWQtMVx6i5H4TU5B7uBi4y4vT82tFRpC5I12qTyYXNe2k5oU1Tr6BDW-12H6XLANhvl5Vf6W28HjUvwo/s1600-h/gaek.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsatpLnr-FGEeTr0CxC-2KaProaOp19fGcRvR2gmV8UOucDLFBtssUnpOby7SCWQtMVx6i5H4TU5B7uBi4y4vT82tFRpC5I12qTyYXNe2k5oU1Tr6BDW-12H6XLANhvl5Vf6W28HjUvwo/s200/gaek.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5198729480762517106" border="0" /></a><br /> <span style="font-family: verdana;">William (Bill) H. Gates is chairman of Microsoft Corporation, the worldwide leader in software, services and solutions that help people and businesses realize their full potential. Microsoft had revenues of US$51.12 billion for the fiscal year ending June 2007, and employs more than 78,000 people in 105 countries and regions. </span><br /><span style="font-family: verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....<br /></span>On June 15, 2006, Microsoft announced that effective July 2008 Gates will transition out of a day-to-day role in the company to spend more time on his global health and education work at the Bill & Melinda Gates Foundation. </span><br /><p align="justify"><span style="font-family: verdana;">After July 2008 Gates will continue to serve as Microsoft’s chairman and an advisor on key development projects. The two-year transition process is to ensure that there is a smooth and orderly transfer of Gates’ daily responsibilities. Effective June 2006, Ray Ozzie has assumed Gates’ previous title as chief software architect and is working side by side with Gates on all technical architecture and product oversight responsibilities at Microsoft. </span></p><div align="justify"><span style="font-family: verdana;">Craig Mundie has assumed the new title of chief research and strategy officer at Microsoft and is working closely with Gates to assume his responsibility for the company’s research and incubation efforts. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: Verdana; color: rgb(255, 255, 255);">.</span><span style="font-family: Verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">.</span><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....<br /></span>Born on Oct. 28, 1955, Gates grew up in Seattle with his two sisters. Their father, William H. Gates II, is a Seattle attorney. Their late mother, Mary Gates, was a schoolteacher, University of Washington regent, and chairwoman of United Way International. </span><span style="font-family: verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....</span><br />Gates attended public elementary school and the private Lakeside School. There, he discovered his interest in software and began programming computers at age 13. In 1973, Gates entered Harvard University as a freshman, where he lived down the hall from Steve Ballmer, now Microsoft's chief executive officer. While at Harvard, Gates developed a version of the programming language BASIC for the first microcomputer - the MITS Altair. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: Verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">...</span><span style="color: rgb(255, 255, 255);">...</span><br />In his junior year, Gates left Harvard to devote his energies to Microsoft, a company he had begun in 1975 with his childhood friend Paul Allen. Guided by a belief that the computer would be a valuable tool on every office desktop and in every home, they began developing software for personal computers. Gates' foresight and his vision for personal computing have been central to the success of Microsoft and the software industry. </span></div><div align="justify"><span style="font-family: Verdana; color: rgb(255, 255, 255);">.</span><span style="font-family: Verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">.</span><span style="color: rgb(255, 255, 255);">....<br /></span>Under Gates' leadership, Microsoft's mission has been to continually advance and improve software technology, and to make it easier, more cost-effective and more enjoyable for people to use computers. The company is committed to a long-term view, reflected in its investment of approximately $7.1 billion on research and development in the 2007 fiscal year. </span></div><span style="font-family: Verdana; color: rgb(255, 255, 255);">.</span><span style="font-family: Verdana;"><span style="color: rgb(255, 255, 255);">..</span><span style="color: rgb(255, 255, 255);">...<br /></span>In 1999, Gates wrote Business @ the Speed of Thought, a book that shows how computer technology can solve business problems in fundamentally new ways. The book was published in 25 languages and is available in more than 60 countries. Business @ the Speed of Thought has received wide critical acclaim, and was listed on the best-seller lists of the New York Times, USA Today, the Wall Street Journal and Amazon.com. Gates' previous book, The Road Ahead, published in 1995, held the No. 1 spot on the New York Times' bestseller list for seven weeks.</span>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-89471291128760147732008-05-05T21:53:00.000-07:002008-05-05T21:54:24.013-07:00Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia<h2 align="center">Jalaluddin Rumi</h2><p align="left"><span style="font-size:85%;"><br /></span></p><p align="left"><span style="font-size:85%;">Apa Yang mesti Ku lakukan</span></p> <p><span style="font-size:85%;"> Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? Aku tak mengenal didiku sendiri<br /> Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim<br /> Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut,<br /> Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar,<br /> Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api,<br /> Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal<br /> Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin,<br /> Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan.<br /> Aku bukan dari dunia in ataupun dari akhirat, bukan dari Sorga ataupun Neraka<br /> Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan<br /> Tempatku adalah Tanpa tempat, jejakku adalah tak berjejak<br /> Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih<br /> Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa<br /> Esa yang kucari, Esa yang kutahu, Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil<br /> Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin<br /> Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu" dan "Ya man Hu"<br /> Aku mabok oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu<br /> Aku tak berbuat apa pun kecuali mabok gila-gilaan<br /> Kalau sekali saja aku semenit tanpa kau,<br /> Saat itu aku pasti menyesali hidupku<br /> Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum,<br /> Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa.<br /> O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini,<br /> Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabok dan gila-gilaan.</span></p> <p align="right"> </p> <p align="center"><span style="font-family:Wingdings;font-size:130%;color:#cc3300;">œ</span></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-10744171984655745902008-05-05T21:51:00.000-07:002008-05-05T21:52:57.228-07:00Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia<h2 align="center">Jalaluddin Rumi</h2><p><span style="font-size:85%;color:#990000;">WAFAT</span><span style="font-size:85%;">. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo'akan, "Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan." Rumi sempat menyahut, "Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit." </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya. </span></p> <p align="center"><span style="font-family:Wingdings;font-size:85%;color:#cc3300;">œ</span></p><p><br /></p><p><br /></p><p><span style="font-size:85%;color:#990000;"><br /></span></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-47589636788779826722008-05-05T21:49:00.000-07:002008-05-05T21:50:58.309-07:00Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia<p><br /><span style="font-size:85%;"></span><span style="font-weight: bold;"> </span></p><p><span style="font-weight: bold;"></span> Jalaluddin Rumi</p> <p><span style="font-size:85%;">Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah --sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Rumi mengatakan, "Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu'tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya." </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. "Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?" tegas Rumi. </span></p> <p align="center"><span style="font-family:Wingdings;font-size:85%;color:#cc3300;">œ</span></p> <p><span style="font-size:85%;color:#990000;">PENGARUH TABRIZ</span><span style="font-size:85%;">. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma). </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da'i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing --yakni Syamsi Tabriz-- ikut bertanya, "Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?" Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, "Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya." </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz. </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya). </span></p> <p><span style="font-size:85%;">Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase. </span></p> <p align="center"><span style="font-family:Wingdings;font-size:85%;color:#cc3300;">œ</span></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-76070982709963606872008-05-05T21:40:00.000-07:002008-05-05T21:48:36.337-07:00Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia<h2 align="center">Jalaluddin Rumi</h2><h2 align="center"><br /></h2><span style="text-decoration: underline;"> </span><span style="font-size:85%;">Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?" <br /> Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."<br /> Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"<br /> Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti." <br /> Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"<br /> Aku berkata, "Sampai ada panggilan."<br /> Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah<br /> Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.<br /> Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan." <br /> Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."<br /> Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."<br /> Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."<br /> Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa-- yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya. </span> <p align="center"><span style="color: rgb(204, 51, 0);font-family:Wingdings;font-size:85%;" >œ</span></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-21963999628126997692008-05-04T05:29:00.000-07:002008-05-04T05:30:37.811-07:00cantik itu lukaPRAJURIT JAGA MALAM<br /><br />Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? <br />Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, <br /> bermata tajam <br />Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya <br /> kepastian <br />ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini <br />Aku suka pada mereka yang berani hidup <br />Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam <br />Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu...... <br />Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ! <br /><br />(1948)<br />Siasat, <br />Th III, No. 96 <br />1949<br /><br /><br />MALAM<br /><br />Mulai kelam <br />belum buntu malam <br />kami masih berjaga <br />--Thermopylae?- <br />- jagal tidak dikenal ? - <br />tapi nanti <br />sebelum siang membentang <br />kami sudah tenggelam hilang<br /> <br />Zaman Baru, <br />No. 11-12 <br />20-30 Agustus 1957 <br /><br /><br /><br />KRAWANG-BEKASI<br /><br />Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi <br />tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. <br />Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, <br />terbayang kami maju dan mendegap hati ? <br /><br />Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi <br />Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak <br />Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. <br />Kenang, kenanglah kami. <br /><br />Kami sudah coba apa yang kami bisa <br />Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa <br /><br />Kami cuma tulang-tulang berserakan <br />Tapi adalah kepunyaanmu <br />Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan <br /><br />Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan <br />atau tidak untuk apa-apa, <br />Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata <br />Kaulah sekarang yang berkata <br /><br />Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi <br />Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak <br /><br />Kenang, kenanglah kami <br />Teruskan, teruskan jiwa kami <br />Menjaga Bung Karno <br />menjaga Bung Hatta <br />menjaga Bung Sjahrir <br /><br />Kami sekarang mayat <br />Berikan kami arti <br />Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian <br /><br />Kenang, kenanglah kami <br />yang tinggal tulang-tulang diliputi debu <br />Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi<br /><br />(1948) <br />Brawidjaja, <br />Jilid 7, No 16, <br />1957<br /><br /><br />DIPONEGORO<br /> <br />Di masa pembangunan ini <br />tuan hidup kembali <br />Dan bara kagum menjadi api <br /><br />Di depan sekali tuan menanti <br />Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. <br />Pedang di kanan, keris di kiri <br />Berselempang semangat yang tak bisa mati. <br /><br />MAJU <br /><br />Ini barisan tak bergenderang-berpalu <br />Kepercayaan tanda menyerbu. <br /><br />Sekali berarti <br />Sudah itu mati. <br /><br />MAJU <br /><br />Bagimu Negeri <br />Menyediakan api. <br /><br />Punah di atas menghamba <br />Binasa di atas ditindas <br />Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai <br />Jika hidup harus merasai <br /> <br /> <br /><br />Maju <br />Serbu <br />Serang <br />Terjang<br /> <br />(Februari 1943) <br />Budaya, <br />Th III, No. 8 <br />Agustus 1954<br /><br /> <br /><br />PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO<br /> <br />Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji <br />Aku sudah cukup lama dengan bicaramu <br />dipanggang diatas apimu, digarami lautmu <br />Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 <br />Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu <br />Aku sekarang api aku sekarang laut <br /><br />Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat <br />Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar <br />Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh <br /><br />(1948)<br /> <br /> Liberty, <br /> Jilid 7, No 297, <br /> 1954indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-34664025406502239332008-05-04T05:27:00.000-07:002008-05-04T05:28:06.092-07:00<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"><tbody><tr><td><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"><tbody><tr><td style="text-align: justify;" height="22" valign="top"><span style="font-family:arial;font-size:85%;color:#db7093;"><b>Chairil Anwar</b></span> <br /><br /><span valign="top" style="text-align: justify;font-family:Verdana;font-size:78%;" >Chairil Anwar adalah seorang penyair besar Indonesia yang karya-karyanya abadi sepanjang zaman. Ia lahir di Medan, 26 Juni 1922 dan meninggal dengan usia yang sangat muda pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta. Pendidikan yang sempat ditekuninya adalah HIS dan MULO (tidak tamat). Ia adalah ujung tombak Angkatan 45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi. Tidak seperti penyair angkatan terdahulu, Pujangga Baru, yang cenderung mendayu-dayu dan romantis, kata-kata dalam puisi-puisi Chairil terlihat sangat lugas, solid dan kuat. Salah satu puisinya yang paling sering dideklamasikan berjudul Aku dengan lariknya yang terkenal "Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!". Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Buku kumpulan puisinya yang diterbitkan Gramedia adalah Aku ini Binatang Jalang (1986).<br /></span> </td> </tr> <!-- <tr> <td><span valign="top" style="font-family:Verdana;font-size:78%;">Chairil Anwar adalah seorang penyair besar Indonesia yang karya-karyanya abadi sepanjang zaman. Ia lahir di Medan, 26 Juni 1922 dan meninggal dengan usia yang sangat muda pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta. Pendidikan yang sempat ditekuninya adalah HIS dan MULO (tidak tamat). Ia adalah ujung tombak Angkatan 45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi. Tidak seperti penyair angkatan terdahulu, Pujangga Baru, yang cenderung mendayu-dayu dan romantis, kata-kata dalam puisi-puisi Chairil terlihat sangat lugas, solid dan kuat. Salah satu puisinya yang paling sering dideklamasikan berjudul Aku dengan lariknya yang terkenal "Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!". Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Buku kumpulan puisinya yang diterbitkan Gramedia adalah Aku ini Binatang Jalang (1986).<br /></span></td> </tr>--> </tbody></table></td> </tr> <tr height="15"> <td height="15"><br /></td> </tr> <tr height="1"> <td bgcolor="#db7093" height="1"><img src="http://www.gramedia.com/images/pixel.gif" alt="" border="0" height="1" width="1" /></td> </tr> <tr height="15"> <td height="15"><br /></td></tr></tbody></table>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-58950335358076153152008-05-04T05:12:00.000-07:002008-05-04T05:17:30.469-07:00chairil anwar legenda satra yang dasalahpahamiChairil Anwar adalah legenda sastra yang hidup di batin masyarakat<br /> Indonesia. Ia menjadi ilham bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. <p>Namun siapa sangka, penyair yang memelopori pembebasan bahasa Indonesia dari tatanan lama ini adalah juga seorang pengembara batin yang menghabiskan usianya hanya untuk puisi? </p><p>Berikut ini tulisan tentang Chairi Anwar, yang sebagian besar bahannya dicuplik dari buku Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan, karya Arief<br />Budiman, ditambah beberapa referensi lain serta sejumlah wawancara. </p><p>"Di Jalan Juanda (Jakarta) dulu ada dua toko buku, yang sekarang<br />jadi kantor Astra. Namanya toko buku Kolf dan van Dorp. Koleksinya luar biasa banyak. </p><p>Saya dan Chairil suka mencuri buku di situ," begitu Asrul Sani pernah<br />bercerita. </p><p>"Suatu kali kami melihat buku Friedrich Nietzsche, Also Sprach Zarathustra. `Wah, itu buku mutlak harus dibaca,' kata Chairil pada saya. `Kau perhatikan orang itu, aku mau mengantongi Nietzsche ini.' Chairil memakai celana komprang dengan dua saku lebar, cukup besar untuk menelan buku itu." </p><p>Buku-buku filsafat, termasuk buku Nietzsche tadi, diletakkan di antara<br />buku-buku agama. Kebetulan buku Nietzsche ukuran dan warna sampulnya yang hitam persis betul dengan kitab Injil. "Sementara Chairil<br />mengantongi buku, saya memperhatikan pelayan toko," kata Asrul. "Hati saya deg-degan setengah mati. </p><p>Setelah buku berpindah tempat, kami lantas keluar dari toko dengan<br />tenang. Tapi sampai di luar tiba-tiba Chairil terkejut, `Kok ini? Wah, salah<br />ambil aku!' sambil tangannya terus membolak-balik buku. Rupanya Chairil salah mengambil Injil. Kami kecewa sekali." </p><p>Chairil Anwar memang seorang "penggila" buku, yang dengan rakus<br />melahap karya-karya W.H. Auden, Steinbeck, Ernest Hemingway, Andre Gide, Marie Rilke, Nitsche, H. Marsman, Edgar du Peroon, J. Slauerhoff, dan banyak lagi. </p><p>Tapi dia adalah penggila buku yang urakan, selalu kekurangan uang, tidak<br />punya pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, penyakitan, dan tingkah<br />lakunya menjengkelkan. Alhasil, lengkaplah "ciri-ciri" seniman pada<br />dirinya. </p><p>Namun, dia juga contoh yang baik tentang totalitas berkesenian dalam dunia sastra Indonesia. Jika Sanusi Pane, Amir Hamzah, Rustam Effendi, dan M. Yamin hanya menjadikan kegiatan menulis puisi sebagai kegiatan sampingan, di samping tugas keseharian mereka sebagai redaktur sebuah surat kabar, politikus, atau lainnya, ia semata-mata hidup untuk puisi dan dari puisi. </p><p>Tak Terurus. Nama Chairil mulai dikenal di kalangan seniman pada tahun<br />1943. H.B. Jassin punya cerita. "Suatu hari di tahun 1943," tuturnya,<br />"Chairil datang ke redaksi Pandji Pustaka; seorang muda kurus pucat tidak terurus kelihatannya. </p><p>Matanya merah, agak liar, tetapi selalu seperti berpikir. Gerak-geriknya lambat seperti orang tak peduli. Ia datang membawa sajak-sajaknya untuk dimuat di majalah Pandji Pustaka. Tapi didapatnya keterangan bahwa sajak-sajaknya tidak mungkin dimuat. Kata pemimpin majalah itu, `Susunan Dunia Baru' (sajak Chairil) tidak ada harganya. Sajak-sajak individualis lebih baik dimasukkan saja dalam simpanan prive (privacy) sang pengarang. Kiasan-kiasannya terlalu mem-Barat." </p><p>Sejak itu sang penyair sering terlihat di kantor Pusat Kebudayaan<br />(Keimin Bunka Shidoso), yang didirikan Jepang tahun 1943 di Jakarta, dan diketuai sastrawan Armijn Pane. Di kalangan seniman waktu itu, ia mulai sering disebut-sebut sebagai penyair muda yang memperkenalkan gagasan-gagasan baru di sekitar puisi. </p><p>Gaya bersajak dan elan vital dalam puisi-puisinya yang bercorak individualistis dan mem-Barat membedakannya dengan kecenderungan puisi-puisi yang dilahirkan generasi sebelumnya (baca: Poedjangga Baroe). </p><p>Bukan secara kebetulan agaknya jika sajak-sajak Chairil memiliki<br />nuansa individualistis yang kental. Pergumulan total Chairil dengan kesenian agaknya telah menuntun sang penyair terjerembab dalam sebuah ritus pencarian filosofis. </p><p>Semacam tertuntun pada sebuah kredo bahwa di dalam kesenian, berfilsafat menjadi keniscayaan yang menusuk. Terutama karena berkesenian mengharuskan sang seniman berhadapan dengan problem-problem tentang ketuhanan, kebebasan, dan apa saja. </p><p>Salah Kaprah. Buat kita sekarang, sosok Chairil sudah lekat dengan citra<br />kepenyairan Indonesia. Sejumlah larik puisi dari penyair kita ini telah menjadi semacam pepatah atau kata-kata mutiara yang hidup di kalangan<br />masyarakat: </p><p>"Aku ini binatang jalang", "Hidup hanya menunda kekalahan",<br />"Aku mau hidup seribu tahun lagi", dan masih banyak lagi. Atau bertanyalah pada siswa SLTP dan SLTA siapa penyair kondang Indonesia, niscaya mereka akan menyebut namanya, lengkap dengan beberapa judul syairnya. </p><p>Tapi mungkin tidak banyak yang tahu, ada yang salah dalam persepsi kita<br />mengenai tokoh yang satu ini. Ada yang salah kaprah. Sebagai ilustrasi, sajak "Aku" lebih sering dipahami banyak orang sebagai sajak pemberontakan terhadap penjajahan. Padahal tidak. Kata Asrul Sani, sajak itu sebenarnya tidak lebih dari "teriakan putus asa dan rasa getir", termasuk penolakan terhadap sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu ayahnya. </p><p>Sajak "Diponegoro" juga sering dikira sajak perjuangan.<br />Padahal, seperti pernah diulas Arief Budiman, sajak itu adalah cerminan dari ekspresi kekaguman Chairil pada semangat hidup Pangeran Diponegoro, di saat jiwanya amat diresahkan dengan kematian dan absurditas. </p><p>Ia menulis puisi pertamanya, "Nisan", pada Oktober 1942, ketika ia berusia 20 tahun, ketika teknik persajakan belum dikuasainya benar. Para<br />pengamat sastra menganggap sajak ini sebagai sajak tertuanya. Padahal, menurut H.B. Jassin, sebelum "Nisan" Chairil sudah lebih dulu membuat sajak-sajak corak Pujangga Baru, tapi karena tidak memuaskannya lalu dia buang. </p><p> Bukan kematian benar menusuk kalbu<br /> Keridhaanmu menerima segala tiba<br /> Tak kutahu setinggi itu di atas debu<br /> Dan duka maha tuan tak bertahta. </p><p>Sajak "Nisan" ini, yang didedikasikan untuk neneknya yang baru meninggal, merupakan renungan Chairil tentang kematian, yang di matanya teramat misterius, namun tak terhindarkan oleh siapa pun. </p><p>Renungannya ini lalu menghantarkan ia pada pertanyan eksistensial: "Bila manusia mati, lantas apa gunanya segala usaha yang dilakukan dalam hidup ini?" </p><p>Pertanyaan filosofis itu terus mengejarnya, sementara kehidupan sendiri<br />tidak pernah memberinya jawaban yang memuaskan. Maka bukan hal yang aneh, di saat batin kemanusiaannya begitu merindukan semangat menghadapi hidup yang absurd dengan gagah berani, tiba-tiba Chairil mendapati sosok legendaris Pangeran Diponegoro sebagai perwujudan yang konkret dari kegairahannya mempertahankan hidup. </p><p>Inilah agaknya yang lalu mengilhaminya menulis sajak "Diponegoro", pada Februari 1943. Meski sama-sama berbicara tentang kematian, sajak-sajak yang ditulis Chairil menjelang akhir hayatnya lebih sublim dan intens. </p><p>Di samping teknik persajakan telah dikuasainya benar sehingga sajak-sajaknya terasa jernih, penghayatannya terhadap kehidupan (dan kematian) yang menjadi subjek puisi-puisinya juga telah mencapai klimaks kematangan sebagai seorang penyair. </p><p>Sajak pertama yang ditulis Chairil pada 1949 (tahun kematiannya)<br />adalah "Chairil Muda, Mirat Muda", dengan tambahan judul kecil<br />"Di Pegunungan 1943". </p><p>Sajak ini merupakan kenangan Chairil terhadap saat-saat yang paling<br />membahagiakan dalam hidupnya--sebuah perasaan yang wajar timbul pada orang-orang yang menyongsong kematian. Di akhir sajak tersebut ia<br />sempat menulis kata mati. Namun berbeda dengan sajak-sajaknya yang ditulis pada 1942, di mana kematian dipersoalkan dengan keterlibatan dan perhatian yang penuh, di sajak ini kematian diucapkannya dengan cara yang ringan saja. </p><p>Agaknya kematian bukan lagi sesuatu yang menjadi objek obsesinya, melainkan sebagai kenyataan yang sederhana, sama sederhananya dengan udara di muka bumi. </p><p>Dalam sajaknya "Yang Terampas dan yang Putus", juga ditulis pada 1949, Chairil malah secara jelas menulis kesiapannya untuk menghadapi<br /> kematian. Ia tiba-tiba menyadari bahwa impuls-impuls kehidupan tidak pernah sepenuhnya diam. </p><p>Demikian pula dalam sajak "Derai-Derai Cemara", yang ia tulis sesudahnya. Dalam sajak yang ia tulis setelah percakapan yang panjang dengan dua sahabatnya, Rivai Apin dan Asrul Sani, Chairil kembali menegaskan bahwa kehidupan adalah sebingkai misteri yang tidak bisa kita temui artinya, tapi pada saat yang sama kita memiliki impuls untuk mempertahankannya. </p><p>Kita hidup, menurut Chairil, untuk sesuatu yang tidak kita ketahui maknanya. Dan barangkali satu-satunya alasan untuk terus hidup adalah karena kita sedang mencari maknanya. </p><p>Namun misteri tetaplah sebuah misteri, ia tidak pernah akan bisa<br />terpecahkan. Karenanya mencari makna kehidupan adalah sesuatu yang sia-sia, meski harus terus dilakukan. Maka bagi Chairil, "hidup hanya<br />menunda kekalahan/ada yang tetap tidak diucapkan/sebelum pada akhirnya kita menyerah". </p><p>Penyair Terbesar. Chairil memiliki simpati yang sangat besar terhadap<br />upaya meraih kemerdekaan manusia, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Pada 1948, sebagai bukti perhatiannya pada situasi sosial-politik waktu itu, ia menulis sajak<br />"Krawang-Bekasi", yang disadurnya dari sajak "The Young Dead Soldiers", karya Archibald MacLeish. </p><p> Kenang, kenanglah kami<br /> Teruskan, jiwa kami<br /> Menjaga Bung Karno<br /> menjaga Bung Hatta<br /> menjaga Bung Syahrir. </p><p>Pada tahun yang sama, ia menulis sajak "Persetujuan dengan Bung Karno", yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus<br />mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Belakangan, sajak Chairil yang berjudul "Aku" dan "Diponegoro" juga banyak dipahami orang sebagai sajak perjuangan. Padahal, sajak-sajak ini adalah<br />jenis sajak individu, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan<br />perjuangan kemerdekaan karena ditulis pada 1943. Namun dalam sajak "Aku" misalnya, di mana Chairil mengintroduksi dirinya sebagai "Aku binatang jalang", ia bisa menjelmakan kata hati rakyat Indonesia yang ingin bebas. </p><p>Dalam analisis Agus R. Sardjono, penyair terkemuka Bandung, sajak-sajak seperti "Krawang-Bekasi", "Persetujuan dengan Bung<br />Karno", "Aku", dan "Diponegoro" inilah yang justru di kemudian hari membuat Chairil Anwar menjadi legenda dalam dunia kepenyairan Indonesia. </p><p>Hal itu dimungkinkan karena sajak-sajak ini bersifat sastra mimbar, untuk menyebut jenis sajak-sajak yang bersifat sosiologis (yang berpretensi untuk menjawab atau menanggapi fakta-fakta sosial), dan biasanya dibaca dengan suara keras atau menyeru-nyeru, serta<br />dengan tangan terkepal. </p><p>Masih menurut Agus, nama Chairil mungkin tidak akan begitu populer seperti sekarang bila dia hanya menciptakan sajak yang berjenis sastra kamar, sajak-sajak yang kontemplatif dan personal. Betapapun tingginya mutu sajak "Derai-Derai Cemara", "Senja di Pelabuhan Kecil", atau "Yang terampas dan yang Putus" secara kesusastraan, namun sajak-sajak demikian sama sekali tidak memiliki peluang untuk diapresiasi secara massal. </p><p>Namun, dengan segala ketidaksempurnaannya, keberhasilan terbesar<br />Chairil bagi dunia persajakan Indonesia khususnya, dan bahasa Indonesia<br />pada umumnya, adalah kepeloporannya untuk membebaskan bahasa Indonesia dari aturan-aturan lama (ejaan van Ophusyen) yang waktu itu cukup mengekang, menjadi bahasa yang membuka kemungkinan-kemungkinan sebagai alat pernyataan yang sempurna. </p><p>Kebebasan bahasa itu teramat penting. Terbukti Malasyia, negara yang<br />menggunakan bahasa Melayu, yang serumpun dengan bahasa Indonesia (tapi tidak pernah memiliki penyair sekaliber Chairil) dalam hal bahasa jauh tertinggal dari bangsa kita. Kebebasan bahasa itu adalah prestasi besar bangsa Indonesia. </p><p>Dengan itu kita dapat mengutarakan apa saja langsung dari lubuk hati<br />kita. Dan, seperti diamini banyak sastrawan kita, berkah itu adalah warisan Chairil Anwar, penyair terbesar yang pernah kita miliki. </p><p><b><span style="font-size:+1;">Mengembara di Negeri Asing</span></b> </p><p>Chairil Anwar tampaknya memang ditakdirkan untuk menjadi penyair yang disalahpahami. Tapi ia terbilang beruntung karena ia disalahpahami ke arah yang positif. Begitupun dalam hal religiusitas. Tidak sedikit orang yang menjulukinya penyair religius. Ini, antara lain, gara-gara sajak "Doa",<br />yang memang amat religius.<br /> <br />Tak jarang, dalam peringatan hari-hari besar agama Islam (juga Kristen), sajak tersebut dibaca dan memperoleh apresiasi yang luas. Benarkah ia penyair religius? Menurut penuturan Ida Rosihan Anwar (istri wartawan kawakan Rosihan Anwar yang sangat dekat dengan Chairil) dalam<br />kesehariannya Chairil tidak pernah memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama. Ia tidak pernah tampak salat, berpuasa di bulan Ramadan, atau bahkan ikut bergembira pada Idul Fitri. Jadi, ia bukan muslim yang baik.<br /> <br />Namun, kalau kita mengacu pada kriteria filosof Paul Tillich tentang siapa<br />yang disebut religius, (yaitu mereka yang secara serius mencoba mengerti hidup ini secara lebih jauh dari batas-batas yang lahiriah saja), Chairil<br />termasuk kelompok ini.<br /> <br />Konklusi ini semata-mata bersandar pada penyerahan total Chairil untuk<br />menjawab pertanyaan "apa tujuan hidup saya", dalam sepanjang masa<br />hidupnya.<br /> <br />Dan karena agama bagi banyak orang di dunia ini dianggap sebagai<br />jawaban pertanyaan "apa tujuan hidup saya?", Chairil tidak luput<br />membicarakan agama dalam beberapa sajaknya. Sajak "Di Masjid", yang<br />ditulisnya pada 29 Mei 1943, adalah sajak pertama mengenai hal ini.<br /> <br />Dalam sajaknya ini ia menegaskan sikapnya yang tidak mau terikat<br />apa pun juga, serta bersedia menerima segala bentuk penderitaan sebagai akibat pilihannya. Dia menolak untuk menyerah kepada agama, meskipun dia mengakui juga, agama mempunyai daya tarik yang sangat kuat sehingga sulit untuk melawannya: "Kuseru saja Dia/sehingga datang juga/Kamipun bermuka-muka/seterusnya ia bernyala-nyala dalam dada/Segala daya memadamkannya/Ini ruang/gelanggang kami berperang/Binasa membinasa/satu menista lain gila.<br /> <br />Sajaknya yang kedua tentang agama ditulis lima bulan kemudian, berjudul<br />"Isa". Dalam sajak ini, selain terpesona, Chairil juga tersindir dengan pengorbanan dan penderitaan yang dialami Nabi Isa untuk menyelamatkan umat manusia.<br /> <br />Ia merasa "minder" lantaran sikap hidupnya yang hanya memikirkan<br />kemerdekaan diri sendiri, dan tidak peduli pada orang lain. Ia seperti dihadapkan pada pertanyaan, "Apakah sebuah pengorbanan ada artinya?"<br /> <br />Pertanyaan itu terus mengganggu hingga keesokan harinya dia menyerah<br />dan menulis sajak "Doa" sebagai ekspresi penyerahdiriannya kepada Tuhan. Ia berseru: Tuhanku/Dalam termangu/Aku masih menyebut nama-Mu/Biar susah sungguh/mengingat Kau penuh seluruh/caya-Mu panas suci/tinggal kerdip lilin di malam sunyi/Tuhanku/aku hilang bentuk/remuk/ Tuhanku/aku mengembara di negeri asing/Tuhanku/di pintu-Mu mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.<br /> <br />Dalam sajak ini Chairil memang tidak menjelaskan apa alasan ia "menyerah", namun yang pasti ia merasa hilang bentuk dan remuk ketika dia berjalan tanpa Tuhan.<br /> <br />Apakah dengan sajak ini Chairil telah "menemukan kembali" Tuhan?<br />Jawaban sementara: "ya". Agaknya bila Chairil tiba pada suatu titik kehidupan di mana dia mengambil suatu sikap secara lebih utuh, maka perasaan tenang datang meneduhinya.<br /> <br />Pada Februari 1947, dalam suasana yang sudah berbeda, Chairil<br />kembali menulis sajak tentang agama, yang berjudul "Sorga". Di sini,<br />dengan semangat eksistensialismenya yang kental, ia menggugat surga beserta gambarannya yang dijanjikan agama. Selanjutnya Chairil lebih memilih menolak agama karena agama memintanya untuk mengorbankan apa yang nyata sekarang, untuk digantikan sesuatu pada masa datang yang baginya belum pasti.<br /> <br />Maka bisa dipastikan, sesudah sikapnya ini Chairil kembali menemukan<br />dirinya kesepian. Namun, perasaan itu tampaknya sudah dia harapkan<br />dan dia hadapi dengan tenang. Ia kembali memilih menjadi pengembara selama hidupnya.<br /> <br />Meskipun, konon menurut kesaksian H.B. Jassin, menjelang mengembuskan nafasnya yang terakhir, Chairil ternyata tetap tidak lupa menyebut nama Tuhan. </p><p>Di sela-sela panas badannya yang tinggi sebelum kematiannya, ia mengucap, Tuhanku, Tuhanku....<br /> </p><p><b><span style="font-size:+1;">Gadis-Gadis Pun Memujanya</span></b><br /> </p><p>Teman dekat Chairil Anwar semasa kecil, Sjamsulridwan, pernah menulis di majalah Mimbar Indonesia, edisi Maret-April 1966. Katanya, salah satu sikap Chairil yang menonjol sejak kecil adalah sifatnya yang pantang kalah.<br /> <br />"Keinginan, hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap menyala-nyala, dan boleh dikatakan tidak pernah diam." </p><p>Chairil dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada 22 Juli 1922.<br />Ayahnya, Toeloes, berasal dari Payakumbuh (Sumatera Barat). Dia menjadi Pamongpraja di Medan, dan pada zaman revolusi sempat menjadi bupati Indragiri, Karesidenan Riau. Sedang ibunya, Saleha, berasal dari Koto Gadang (Sumatera Barat) dan masih mempunyai pertalian keluarga dengan ayah Sutan Syahrir (tokoh PSI).<br /> <br />Menurut Sjamsulridwan, meski cukup terpandang dan disegani masyarakat sekitarnya, kehidupan kedua orangtua Chairil senantiasa ribut. Mereka sama-sama galak, sama-sama keras hati, dan sama-sama tidak mau mengalah. </p><p>Hanya dalam satu hal mereka sama: dua-duanya sangat memanjakan Chairil. Segala keinginannya: mainan-mainan terbaru dan terbaik. Mereka pun selalu membenarkan sikap Chairil. Kalau ia berkelahi, ayahnya senantiasa membela. Bahkan kalau perlu ikut berkelahi.<br /> <br />Di luar rumah, Chairil tumbuh menjadi pemuda yang lincah dan penuh<br />percaya diri. Di samping karena kedudukan ayahnya, otak yang tajam<br />dan cerdas serta sifatnya yang terbuka, tidak mengenal takut atau malu-malu, membuat ia dikenal dan menjadi kesayangan banyak pihak, baik di kalangan guru maupun di antara teman-temannya. </p><p>Di kalangan gadis-gadis, Chairil juga disukai karena wajahnya yang tampan dan menyerupai orang indo.<br /> <br />Demikianlah, semua orang seolah memanjakannya. Keuangannya tidak<br />pernah kurang. Sepedanya termasuk golongan yang paling baik, di zaman<br />ketika mempunyai sepeda saja merupakan suatu kebanggaan. Dan ada sisi baik yang bisa dicatat dari gaya pergaulan Chairil, yaitu sikapnya tidak pernah sombong. </p><p>Meskipun dia angkuh dan selalu merasa hebat, dia selalu mudah sekali berkenalan dengan siapa saja, tanpa pernah membedakan status sosial, status ekonomi, dan intelektualitas.<br /> <br />Masa kanak-kanak hingga masa remaja Chairil dihabiskan di Medan.<br />Di HIS (setingkat SD) saja ia sudah menampakkan bakatnya sebagai siswa yang cerdas dan berbakat menulis. Lalu ia melanjutkan sekolahnya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setingkat SMP). </p><p>Ketika usia Chairil menginjak 19 tahun, dan duduk di kelas dua, ayahnya kawin lagi dan bercerai dengan ibunya. Karena mulai membenci ayahnya dan menginginkan kehidupan yang lain, ia memilih hijrah ke Batavia (Jakarta), dan meneruskan pendidikannya di sana.<br /> <br />Tak lama kemudian ibunya menyusul ke Jakarta. Perang Dunia II dan<br />masuknya Jepang telah membuat keadaan jadi tidak menentu. Chairil pun<br />terbelit masalah keuangan setelah tidak mendapat kiriman dari ayahnya.<br /> <br />Akhirnya ia putus sekolah. Saat putus sekolah itu Chairil mengisi hidupnya dengan menggelandang ke sana-ke mari, dan membaca buku sebanyak-banyaknya. Sebagai orang yang menguasai tiga bahasa (Inggris, Belanda, dan Jerman), ia tidak mendapat halangan apa pun untuk bisa membaca dan memahami semua karya sastra asing yang ia jumpai. </p><p>Penguasaan bahasa asing yang baik inilah yang banyak menolong Chairil<br />sehingga banyak buku yang belum dibaca seniman lain, ia sudah tahu isinya. Ia pun banyak menyadur dan menerjemahkan karya-karya sastra dunia itu ke bahasa Indonesia dengan baik.<br /> <br />Masih soal membaca, menurut Sjamsulridwan, ketika masih di MULO,<br />Chairil telah bergaul dengan anak-anak HBS (setingkat SMA) tanpa rendah diri.<br /> <br />"Semua buku mereka aku baca," kata Chairil suatu hari. Di sini yang dimaksud Chairil adalah buku-buku mengenai pelajaran abstrak, seperti sastra, sejarah, ekonomi, dan lain-lain. Dan ucapan itu semata-mata untuk menunjukkan bahwa ia tidak pernah kurang dari mereka (anak-anak HBS). </p><p>Selama di Jakarta, Chairil juga mengembangkan pengetahuannya dengan meminjam buku dari pamannya, Sutan Sjahrir. Menurut H.B. Jassin, kalu sudah membaca buku, maka buku itu akan dibacanya dari malam sampai menjelang pagi.<br /> <br />Meskipun menganut pola kehidupan yang bohemian, Chairil akhirnya<br />sempat juga berkeluarga. Ia menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6<br />Agustus 1946. Sayangnya rumah tangga mereka tidak bertahan lama. Akhir 1948 mereka bercerai, dan putri tunggal mereka, Evawani Alissa, dibesarkan Hapsah.<br /> <br />Tanggal 28 April 1949, setelah sempat diopname selama lima hari di CBZ (sekarang RSCM) karena penyakit TBC yang dideritanya, Chairil<br />mengembuskan nafas terakhir. </p><p>Ia meninggalkan warisan karya yang tidak begitu banyak, yaitu 70<br />puisi asli, 4 puisi saduran, 10 puisi terjemahan, 6 prosa asli, dan 4<br />prosa terjemahan. Kepada Evawani, putrinya yang masih berumur satu tahun, Chairil bahkan hanya mewariskan sebuah radio kecil, berbentuk kotak warna hitam, bermerek Philips. Dan seperti memenuhi pesan profetik dalam salah satu bait puisinya: "di karet, di karet sampai juga/deru angin", Chairil dimakamkan di Pemakaman Karet pada hari berikutnya.<br /> </p><p> </p><hr width="100%"><br /> <i> - dari SUARA MERDEKA , Jumat, 14 Mei 1999</i>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-90896728371967185082008-05-02T21:13:00.000-07:002008-05-02T21:15:24.013-07:00ruang kosong puisi sutardji<div class="entry"> <p>Melalui karya-karyanya, ia semakin intens ”menyuarakan” lingkungan sekitar, dibandingkan saat-saat awal ia berkarya di dunia sastra. </p> <p>Veby Mega Indah<br />veby@jurnas.com <mailto:veby@jurnas.com></mailto:veby@jurnas.com></p> <p>Dikelilingi para sahabat sesama seniman Taman Ismail Marzuki (TIM) dari era 70-an, Sutardji Calzoum Bachri menceritakan pemahaman kritis pribadinya akan negeri ini. Ia menjelaskan bagaimana sosoknya yang kini semakin relijius, justru mendorongnya lebih berperan kritis mengupas masalah sosial negeri ini. </p> <p>Latar belakang kebudayaan Melayu, membuat Sutradji selalu mengembalikan segala sesuatu yang ia cermati dan rasakan pada perspektif metafisis. Namun, di balik pengertian itu ia semakin tak bisa menahan diri untuk tidak ”berteriak” melihat situasi sekelilingnya. Ia berpuisi bagaikan menyampaikan berbagai pertanda sosial, yang seharusnya dicermati para politikus negeri ini. </p> <p>Berikut petikan wawancaranya.<br /><em><br /> Apa pernah keberatan dijuluki presiden penyair?</em></p> <p>Presiden penyair…(Sutardji terkekeh). Julukan itu mulanya hanya guyon-guyonan kita saja di tahun 70-an dulu di sini (Taman Ismail Marzuki). Orang Indonesia ini kan senang benar menjuluki orang. Chairil Anwar ada julukannya, Amir Hamzah juga. Mereka yang hidup di zaman feodalis, biarlah julukan raja saja. HB Jassin julukannya Paus Sastra Indonesia. Kalau saya ini yang hidup di masa sekarang, biarlah julukannya presiden saja. </p> <p>Kejadiannya, saya lagi mabuk saat itu. Saya bangun lalu teriak: Aku ini presiden puisi Indonesia! Ungkapan itu tahunya dipakai orang, terngiang-ngiang terus sampai sekarang. Entah maksudnya buat guyon entah serius. Terserah saja. Tapi yang namanya penyair-penyair tahun 70-an dulu kalau tampil pasti ada ucapan-ucapan gila seperti itu. Salah satunya, ya, presiden penyair itulah. Kalau ditanya saya ini presiden penyair, tapi republiknya mana, rakyatnya mana? Republik dan rakyatnya hati nurani sajalah. </p> <p><em><br />Bagaimana situasi yang anda alami sebagai penyair muda di tahun 70-an?</em></p> <p>Di tahun 70 itu banyak sajak-sajak, puisi, novel yang orang bilang sajak lokalisasi, sastra kembali ke daerah. Nah, sebenarnya itu pertanda, sinyal bagi orang-orang di luar sastra mengambil hikmah dari itu. Mengambil hikmah untuk membenahi negara dari sistem politiknya. Tapi tak ada yang melakukannya! Dibiarkan saja pertanda itu berlalu. Coba kalau yang namanya otonomi daerah itu dimulai dari situ. Kenapa baru sekarang setelah reformasi baru ada otonomi daerah. Jadi apa yang kelihatan sekarang, otonomi daerah ada bukan karena adanya tekanan kultural. Tapi selalu saja nampaknya oleh tekanan politik barulah ada politik bergerak. </p> <p>Jadi selalu terlihat satu dimensi. Seharusnya apa-apa yang jadi tindakan politik itu harus ada landasan kulturalnya. Coba kayak waktu perjuangan Indonesia mau berdiri dulu. Ada landasan kulturalnya, ada misi kultural untuk menjadikan kita satu. Biarlah ada Jawa ada Sunda ada apalah tapi biarlah kita jadikan satu. </p> <p>Coba perhatikan, kalau sajak yang di tahun 70-an itu pertanda kembalinya kedaerahan. Kalau Chairil Anwar itu tidak. Dia itu sajaknya universal, humanisme yang universal. Itu pertanda juga, hasil persatuan Indonesia. Suatu yang universal persatuan itu. Maka jadilah “aku ini binatang jalang.” Dan macam-macam lah. Dia itu (Chairil Anwar) tak ada kedaerahannya sama sekali. Dia (orang) Padang pun tak ada Padangnya sama sekali sajaknya.</p> <p><em>Maksud ”Indonesia sebenarnya berdiri atas landasan kultural”?</em></p> <p>Nah itu tadi, waktu Sumpah Pemuda itu diucapkan apa landasannya? Tak ada! Sumpah Pemuda itu mimpi saja, mimpi para pemuda saat itu yang ingin melihat negara ini bersatu. Satu bangsa, bangsa Indonesia. Bangsa mana yang namanya Indonesia saat itu? Tak ada. Yang ada baru juga Hindia Belanda! Satu bahasa, bahasa Indonesia. Mana ada bahasa persatuan Indonesia waktu itu. Waktu itu masih Melayu bahkan Belanda yang digunakan orang. Tapi atas dasar mimpi itu bangsa ini bisa berdiri. Sama saja seperti Tuhan waktu mau menciptakan dunia ini. Dia ada merindu yang kuat, ingin dikenal. Dalam kerinduan-Nya, Ia ingin menciptakan dunia ini dengan kata-kata. Ia berfirman: Kun Faya Kun! Barulah jadi dunia ini, bagian dari mimpinya Tuhan. </p> <p>Kita ini manusia, juga bagian dari mimpinya Tuhan. Karena kita ini bagian mimpinya Tuhan maka tak kayak binatang, bolehlah kita bermimpi lagi. Kita pun menciptakan mimpi dengan kata-kata. Tuhan membuat mimpi lewat firman, begitu juga penyair. Dia (Tuhan) bilang ke para penyair itu: Hati-hati! Kau sudah jadikan apa yang tak kau kerjakan. Itulah hakekatnya puisi. Kau mencari hakekat puisi itu janganlah ke kubu barat. Semuanyalah ada di sini! Penyair itu menciptakan puisi tapi bukan buat merealisasikannya. Sudah mencipta, sudah. Sama seperti Tuhan. Ia mencipta dunia ini tapi realisasinya kaulah yang buat! </p> <p>Kau bikin jadi berkelahi, kau bunuh orang, kau jadi kaya, silakan kau buat di dunia ini. Seperti itulah juga penyair. Ia menciptakan kata-katanya tapi yang merealisasikan kata-kata itu di dunia baiklah orang-orang lain. Seperti para pemuda yang membuat sajak Sumpah Pemuda itu. Baiklah mimpi itu ada Soekarno, Hatta atau Yamin yang merealisasikannya. Jadilah bangsa ini. </p> <p><em>Mengapa landasan kultural yang demikian lebih sulit direalisasikan daripada di awal perjuangan dulu?</em></p> <p>Dulu itu para pemuda yang membuat sajak Sumpah Pemuda itu sebagian besar juga aktivis. Jadi kata-kata apa yang mereka buat cepat pula ditanggapi ada. Sedangkan di tahun 70-an, yang bicara tentang otonomi daerah itu para penyair semua. Kepentingan kami pada lingkup estetika, selesai sudah. Tapi sayangnya tak ada ventilasi politiknya. Tak ada yang merealisasikannya. </p> <p>Saat orang ribut soal otonomi daerah, kami para seniman ini bilang: itu sudah kami ucapkan 30 tahun yang lalu! Tapi dulu jawabannya tak mau, tak mau. Karena kita ini sudah jadi bangsa yang pikirannya pada politik dulu, ekonomi dulu. Jangan harapkan yang merealisasikan kata-kata ini jadi bagiannya penyair juga. Itulah tugas mereka. </p> <p><em>Bukankah pemerintah dari dulu sudah sering mengapresiasi seni puisi?</em></p> <p>Belum, belum lengkap apresiasinya itu. Kalau zaman Orde Baru dulu pemerintah juga sering adakan lomba baca puisi di Monas. Ada menteri yang baca itu, ada pejabat yang baca itu. Bahkan ada juga baca Tanah Air Mata. Terima kasih, Pak, saya bilang. Terima kasih sudah diniatkan. Tapi puisi itu jika tak dimasukkan dalam hati tak akan mengakar. Janganlah kita membaca satu fenomena yang nampak di depan kita begitu saja. Ada kaitannya dengan nilai-nilai lain. </p> <p>Seperti Kennedy bilang: jika politik bengkok biarlah puisi yang meluruskannya. Lihatlah ketika Sumpah Pemuda itu realisasinya mulai bengkok, maka puisi juga yang berusaha meluruskannya. Sumpah Pemuda tentang persatuan itu tak salah tapi realisasinya yang bengkok. Persatuan saat itu terlalu ketat, maka timbul kedaerahan dalam sastra 70-an. Politik saat itu telalu homogen, coba diluruskan puisi yang heterogen, dengan munculnya heterogen itu. Politikus yang bengkok yang bisa diluruskan adalah mereka yang berhatinurani. Tapi kadang ada juga politikusnya bengkok, puisinya juga ikut-ikutan bengkok. Namanya juga manusia… (Sutardji tertawa).</p> <p><em>Bagaimana dengan puisi yang banyak digunakan untuk kepentingan lain?</em></p> <p>Memang pusi itu kayak pisau, kayak pistol. Jangan salahkan pisaunya. Jaga pisau itu jika menghasilkan yang baik. Di tangan tukang daging pisau ini membawa berkah buat dia dan keluarganya. Tapi di tangan penjahat lain lagi. Ada sajak Kerawang Bekasi itu: Sekali berarti sudah itu mati. Itu dipakai buat pejuang di perang Kerawang-Bekasi waktu itu. Tapi coba misalnya ada perampok yang pakai sajak itu. Dia masuk ke bank, sekali berarti setelah itu mati. Biarlah mati ditembak polisi. Lain pula arti sajak itu. Jadi puisi itu netral. Dia selalu memberikan ruang bagi keluhuran. </p> <p>Jadi jangan minta penyair untuk merealisasikannya. Itulah hakekat puisi, ada ruang kosong di antara yang diciptakan untuk direalisasikan. Puisi itu juga berbahaya kecuali diapresiasi dengan iman. Apa pengertian iman secara sekuler? Iman itu ideologi, pengertian yang benar. </p> <p><em>Setuju jika dikatakan seorang Sutardji kini lebih relijius sampai-sampai tak minum bir lagi?</em></p> <p>Ya, itu terserah interprestasi masing-masing orang lah. Kalau Belanda bagi kita kolonial tapi bagi Swedia, Belgia, Belanda itu bawahan. Soal kenapa saya tak minum bir lagi sebelum naik panggung, memang ada juga pengaruh soal relijius.</p> <p>Tapi pada intinya sekarang saya tak merasa perlu lagi minum bir sebelum naik panggung maka saya tak minum lagi. Dari dulu saya sudah relijius, sekarang juga. Dulu saya perlu minum pun untuk totalitas saja. Saat performance, penampilan itu harus berada di batas akal. Dulu saya perlu minum bir, sekarang tidak lagi, karena memang tak perlu. Tak bisa ditanya kenapa, karena itu pertanyaan untuk akal. Tapi masalah performance sudah dibatas akal sehat. </p> <p>Inner saja, semuanya memang harus ada. Jangan lakukan yang artificial karena pasti akan ketahuan. Saya minum bir saat itu karena memang harus dilakukan. Bukan akting, bukan pura-pura. Jadi seniman itu jangan mempermalukan diri dengan berpura-pura. Jangan melakukan sesuatu untuk tujuan yang lain. Kalau sesuatu memang harus ada lakukan saja jangan dibuat-buat. Memalukan diri sendiri. </p> <p><em>Sumber : harian Jurnal Nasional, Juli 2007</em></p> </div>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-58154106056406976392008-05-02T21:09:00.000-07:002008-05-02T21:11:08.525-07:00raksasa sastra china abad 20<p><em><strong>Gao Xingjian,</strong> Novelis China, penerjemah, penggiat teater, sutradara, kritikus dan aktor, ini memenangkan Nobel Sastra pada 2000. Teaternya memadukan berbagai<br />unsur drama topeng klasik China dengan pola teater Barat modern yang banyak dipengaruhi Artaud, Brecht dan Beckett. Kariernya sebagai penulis mengalami hambatan di China ketika ia memanggungkan pementasan berlatarbelakang pembunuhan demonstran di Tiananmen.<br />Sejak 1980-an, Gao Xingjian pindah dan tinggal sekaligus menjadi warganegara Prancis. Ia menguasai bahasa Prancis dan China.</em></p> <p><em>Gao Xingjian lahir pada 1940 di Ganzhou (provinsi Jiangxi) di China Timur. Ayahnya seorang pegawai bank dan ibunya seorang aktris amatir, anggota YMCA; kelompok teater yang pernah berjaya sebelum Revolusi Kebudayaan oleh Komunisme China. Ibunya seorang pembaca sastra Barat. Gao Xingjian mempelajari sastra di Institut Bahasa Asing Beijing antara tahun 1957-1962, dan lulus dari Fakultas Sastra Prancis.</em></p> <p><em>Pada awal 1960-an, Ibu Gao dikirim ke pertanian di pedesaan dan mengalami kecelakaan, sementara Gao mengadakan perlawanan atas perbudakan terhadap petani. Selama Revolusi Kebudayaan (1966-76), Gao dikirim ke kamp pendidikan ideologi komunisme. Tapi ia justru<br />mulai menulis untuk dirinya sendiri. Namun ia kemudian ketakutan, karena tulisan-tulisannya pernah dirampas dan dibakar. Di antaranya beberapa novel, naskah teater, artikel kesenian, dan catatan pengalamannya selama 6 tahun sebagai buruh paksa di kamp pertanian partai.</em></p> <p><em>Setelah mengikuti pendidikan di sekolah kader partai, Gao Xingjian boleh bekerja sebagai seorang penerjemah di Asosiasi Penulis China. Ia dipercaya menjadi kepala bidang teater di Gedung Teater Masyarakat Beijing, dan berkesempatan menerbitkan sebuah noveletnya pada 1978.<br />Ia juga berkesempatan melakukan perjalanan ke luar negeri pada 1979 dengan mengunjungi Prancis dan Italia.</em></p> <p><em>Di antara tahun 1980-1987 Gao Xingjian menghasilkan beberapa cerita pendek, esai dan naskah teater. Penerbitan A Preliminary Discussion of the Art of Modern Fiction (1981) menimbulkan debat tentang “polusi spiritual” dan membuat Gao berada dalam pengawasan partai. Disusul penerbitan Bus Stop (1983) yang ditulisnya dengan gaya Waiting for Godot-nya Beckett.</em></p> <p><em>Ini sebuah satire yang mengisahkan sekelompok orang yang menunggu bus yang tepat selama sepuluh tahun. Pertunjukan ini dikomentari sebagai “karya terjahat sejak berkuasanya Republik Rakyat” dan disalahkan oleh para pengurus partai. Pada 1986 pertunjukannya The Other Shore dilarang untuk dipertunjukkan di Taiwan dan Hong Kong. Tahun berikutnya Gao Xingjian mengikuti perjalanan ke luar negeri sebagai seorang pelukis. Ia meninggalkan China sebagai seorang penulis yang dilarang dan tinggal di Paris, di mana ia melanjutkan menulis dalam bahasa China dan Prancis.</em></p> <p><em>Setelah pembunuhan para demonstran di Lapangan Perdamaian pada 1989 Gao Xingjian sudah meninggalkan Partai Komunis China. Ketika publikasinya dianggap berlawanan dengan gerakan pelajar dan mahasiswa, ia kemudian menutup pintu kepada negerinya. Ia mengangkat persoalan pembantaian demonstran ke dalam naskah panggung di pembuangan, yang secara orisinal<br />dihasilkannya di Los Angeles, tapi kemudian dilarang.<br />Ketika pertunjukannya ditampilkan di Jerman, seting<br />kisah diubah dari lapangan Tiananmen ke lingkungan<br />Jerman di masa pemerintahan Nazi.</em></p> <p><em>Novelnya yang sarat refleksi dan menyampaikan kisah secara impresionistik, The Soul Mountain, diselesaikan pada 1989, menggambarkan perjalanan tokoh cerita selama 10 tahun menyusuri tepian Sungai Yangtze. Perjalanan sesungguhnya berlangsung lima bulan, sebagai periode krisis Gao yang mengalami salah diagnosa tentang penyakit kanker yang menyerangnya pada 1982. Kanker yang sama membunuh ayahnya, dan setahun berikutnya Partai Komunis mengritik karya Gao Xingjian sebagai ”polusi spiritual”.</em></p> <p><em>Di dalam karya-karyanya Gao Xingjian menggunakan beragam gaya, teknik, dan bermacam narator. ”Kau tahu saya hanya bicara kepada diriku sendiri tentang kesendirianku. Kau tahu bahwa kesendirianku tak tersembuhkan, tak seorang pun dapat menyelematkanku dan aku hanya dapat berbicara dengan diri sendiri dalam percakapan.”</em></p> <p><em>Pada kisah lain, si narator mengkritsi si pengarang dan berkata: “Kau mencatat semua perjalananmu, perbincangan bertele-tele tentang moral, perasaan-perasaan, catatan-catatan, dalam perbincangan tidak sistematis, seperti fabel-fabel, salinan atau tiruan nyanyian rakyat, ditambah beberapa legenda omong kosong tentang diri sendiri, yang kemudian disebut sebagai karya fiksi!”</em></p> <p><em><strong>Soul Mountain </strong>adalah catatan perjalanan yang mengisahkan kehidupan orisinal dan khas di desa-desa. Sebuah cerita tentang sepucuk surat cinta, potongan<br />folklor dan sejarah. Salah satu yang jadi pusat tema adalah ketika karya Gao menjadi semacam kisah skeptis terhadap absolutisme. ”Oh sejarah oh sejarah oh sejarah/ Hanya sejarahlah yang dapat dibaca dengan berbagai cara, sebagai sebuah/penemuan besar!”</em></p> <p><em>Setelah menyimpulkan isi dan makna Soul Mountain, Gao Xingjian menulis sebuah cerita pendek yang menggambarkan konsepnya tentang sastra “memperjuangkan massa” dan mengatakan “sastra tidak terlibat dengan dunia politik, tapi semata-mata bertanggung jawab pada<br />kehidupan individual.” Gao Xingjian ingin membebaskan karya sastra sebagai ekspresi yang menyoroti kehidupan sosial, sebagai karya sastra yang baik, yang memperlihatkan pencarian, spritualisasi karakter, “sastra yang dingin”.</em></p> <p><em>Sebagai seorang seniman multitalen, Gao Xingjian membuat sendiri cover bukunya dan ia memiliki tiga puluhan lukisan cat air yang sudah dipamerkannya di dunia internasional. Ia juga sudah menerjemahkan karya-karya sastra Barat ke bahasa China, di antaranya karya-karya Beckett, Ionesco, Artaud dan Brecht. Beberapa penghargaan sudah ia terima, di antaranya<br />Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres dari Pemerintah Prancis pada 1992, Prix Cimmunaute<br />francaise de Belgique 1994, dan Pris du Nouvel An chinois 1997. Dan sebelum ia memperoleh Nobel Sastra, Gao telah dikenal luas sebagai seorang penggiat teater ketimbang penulis.</em></p> <p><em>Setelah panitia Nobel mengumumkan kemenangannya, kementerian luar negeri China mengomentari penghargaan itu tidak layak dibanggakan dan berbau manuver politik. Beberapa anggota partai bertanya-tanya bagaimana seorang penulis naskah teater dan pengarang bisa mendapatkan Nobel Sastra. Di Swedia, hadiah Gao diterimakan oleh Goran Malmqvist,<br />yang menerjemahkan naskah-naskah teater Gao dan juga memproduksinya di Stockholm. Malmqvist adalah seorang ahli China di Universitas Stockholm dan juga seorang anggota Akademi Nobel, yang ikut menyeleksi karya-karya pemenang Nobel.</em></p> <p><em>Autobiografi Gao Xingjian One’s Man’s Bible terbit di Inggris pada 2000. Menggambarkan situasi sosial masyarakat China di bawah Revolusi Kebudayaan, melalui pengamatan seorang aktivis politik, tertuduh, dan pengamat dari luar arena.</em></p> <p><em><strong>Kutipan</strong></em></p> <p><em>Setelah pembunuhan para demonstran di Tiananmen pada 1989, Gao Xingjian meninggalkan Partai Komunis China dan kemudian menutup pintu kepada negerinya.</em></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5642724917349232641.post-69323204819294417132008-05-02T21:07:00.000-07:002008-05-02T21:08:47.525-07:00karena pujangga harus bersaksidia adalah penulis hebat, secara teoritis dan praktis. Akinda Oluwole Soyinka atau lebih dikenal dengan Wole Soyinka bisa menulis apa saja: puisi, cerita, dan drama. Wole juga seorang akademisi di bidang sastra. Gelar sastra Inggrisnya diterima dari Universitas Leeds, Inggris pada 1957. Setelah kembali ke kampung halamannya, Nigeria, dia menjadi profesor di Universitas Lagos dan Ife. <p>Tapi kematangan berkaryanya tidak didapatkan dari bangku kuliah atau podium sang guru besar. Ia justru mendapatkannya dari penjara. Wole memang memiliki peran penting dalam sejarah politik Nigeria yang selalu bergejolak. Saat perang saudara di Nigeria berkobar pada 1967, ia dibui karena menentang pemerintahan Jenderal Yakubu Gowon. Ia dituduh mengadu domba kedua belah pihak yang bertikai. Selama 22 bulan dalam penjara ia menulis sejumlah puisi yang kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Poems from Prison. Pengalamannya dalam penjara kemudian ia tuangkan dalam buku The Man Died: Prison Notes.</p> <p>Selepas dari penjara pada 1969, saat perang saudara usai, Soyinka menghabiskan sebagian besar waktunya menyepi di pertanian salah seorang temannya di selatan Prancis. “Beberapa hari setelah bebas, saya merasa jengah dikelilingi orang. Bagi saya yang sekian bulan sendiri, adanya orang lain terasa terlalu ramai, saya harus pergi ke suatu tempat dan mengisolasi diri.” Di dalam pertapaannya itulah ia menciptakan mahakaryanya: The Bacchae of Euripides. Setelah menelurkan karya besar itu dia kembali ke kantornya di Headmaster of Cathedral of Drama di Ibadan dan membantu terbitnya jurnal sastra Black Orpheus.</p> <p>Ia tidak hanya mengkritik pemerintahan Nigeria, tapi juga sejumlah rezim di Afrika, termasuk Robert Mugabe di Zimbabwe. Ketajaman pena dan lidahnya ini sempat membuat dirinya dalam bahaya, terutama semasa kediktatoran Jenderal Sani Abacha (1993-1998). Saat itu menjadi eksil secara sukarela dan mengajar di Amerika Serikat, tepatnya di Emory University di Atlanta. Saat sipil kembali berkuasa, dia kembali ke Nigeria dan bersedia mengajar di Ife asalkan seluruh perwira militer dihapus dari jajaran pengurus universitas.</p> <p>Meski ia pada 1986 menjadi orang Afrika pertama setelah Albert Camus yang dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra, meski ia dianggap sebagai penulis drama dari Afrika yang paling bersinar, dunia lebih menghormatinya sebagai seorang peace maker, pencipta perdamaian dan penentang kediktatoran. “Saya tidak pernah memutuskan untuk menjadi penulis,” katanya suatu waktu. Ia hanya menjadikan hal itu sebagai cara terbaik untuk menyampaikan pesannya.</p> <p>Pesan yang ia perjuangkan adalah tentang pentingnya membatasi kekuasaan dan menjamin kebebasan. “Kebenaran dan kekuasaan, bagi saya, adalah antitesis, sebuah antagonisme, yang susah untuk disatukan,” katanya. “Kebenaran, bagi saya, adalah kebebasan, keinginan untuk menentukan sendiri tujuan kita. Sedang kekuasaan adalah dominasi, kontrol, dan karenanya sangat menentukan apakah kebenaran itu. Ini omong kosong.”</p> <p>Wole memang tak pernah bicara kosong. Ia selalu siap menentang diktator di seantero Afrika. “apa pun yang terjadi, jangan kabur dari pertarungan. Musuhmu mungkin lebih besar, dan akan menghancurkanmu waktu pertama bertemu. Kali berikutnya kau bertemu dengannya, tantang lagi. Dia akan mengalahkanmu lagi. Ketiga kali, saya yakin, kamu pasti menang atau dia lari terbirit-birit,” tulisnya dalam bukunya, Ake.<br /># qaris tajudin</p> <p><em>Sumber : www.ruangbaca.com/Edisi 31 Juli 2007</em></p>indra satriahttp://www.blogger.com/profile/15429534349507145061noreply@blogger.com0