Jumat, 02 Mei 2008

raksasa sastra china abad 20

Gao Xingjian, Novelis China, penerjemah, penggiat teater, sutradara, kritikus dan aktor, ini memenangkan Nobel Sastra pada 2000. Teaternya memadukan berbagai
unsur drama topeng klasik China dengan pola teater Barat modern yang banyak dipengaruhi Artaud, Brecht dan Beckett. Kariernya sebagai penulis mengalami hambatan di China ketika ia memanggungkan pementasan berlatarbelakang pembunuhan demonstran di Tiananmen.
Sejak 1980-an, Gao Xingjian pindah dan tinggal sekaligus menjadi warganegara Prancis. Ia menguasai bahasa Prancis dan China.

Gao Xingjian lahir pada 1940 di Ganzhou (provinsi Jiangxi) di China Timur. Ayahnya seorang pegawai bank dan ibunya seorang aktris amatir, anggota YMCA; kelompok teater yang pernah berjaya sebelum Revolusi Kebudayaan oleh Komunisme China. Ibunya seorang pembaca sastra Barat. Gao Xingjian mempelajari sastra di Institut Bahasa Asing Beijing antara tahun 1957-1962, dan lulus dari Fakultas Sastra Prancis.

Pada awal 1960-an, Ibu Gao dikirim ke pertanian di pedesaan dan mengalami kecelakaan, sementara Gao mengadakan perlawanan atas perbudakan terhadap petani. Selama Revolusi Kebudayaan (1966-76), Gao dikirim ke kamp pendidikan ideologi komunisme. Tapi ia justru
mulai menulis untuk dirinya sendiri. Namun ia kemudian ketakutan, karena tulisan-tulisannya pernah dirampas dan dibakar. Di antaranya beberapa novel, naskah teater, artikel kesenian, dan catatan pengalamannya selama 6 tahun sebagai buruh paksa di kamp pertanian partai.

Setelah mengikuti pendidikan di sekolah kader partai, Gao Xingjian boleh bekerja sebagai seorang penerjemah di Asosiasi Penulis China. Ia dipercaya menjadi kepala bidang teater di Gedung Teater Masyarakat Beijing, dan berkesempatan menerbitkan sebuah noveletnya pada 1978.
Ia juga berkesempatan melakukan perjalanan ke luar negeri pada 1979 dengan mengunjungi Prancis dan Italia.

Di antara tahun 1980-1987 Gao Xingjian menghasilkan beberapa cerita pendek, esai dan naskah teater. Penerbitan A Preliminary Discussion of the Art of Modern Fiction (1981) menimbulkan debat tentang “polusi spiritual” dan membuat Gao berada dalam pengawasan partai. Disusul penerbitan Bus Stop (1983) yang ditulisnya dengan gaya Waiting for Godot-nya Beckett.

Ini sebuah satire yang mengisahkan sekelompok orang yang menunggu bus yang tepat selama sepuluh tahun. Pertunjukan ini dikomentari sebagai “karya terjahat sejak berkuasanya Republik Rakyat” dan disalahkan oleh para pengurus partai. Pada 1986 pertunjukannya The Other Shore dilarang untuk dipertunjukkan di Taiwan dan Hong Kong. Tahun berikutnya Gao Xingjian mengikuti perjalanan ke luar negeri sebagai seorang pelukis. Ia meninggalkan China sebagai seorang penulis yang dilarang dan tinggal di Paris, di mana ia melanjutkan menulis dalam bahasa China dan Prancis.

Setelah pembunuhan para demonstran di Lapangan Perdamaian pada 1989 Gao Xingjian sudah meninggalkan Partai Komunis China. Ketika publikasinya dianggap berlawanan dengan gerakan pelajar dan mahasiswa, ia kemudian menutup pintu kepada negerinya. Ia mengangkat persoalan pembantaian demonstran ke dalam naskah panggung di pembuangan, yang secara orisinal
dihasilkannya di Los Angeles, tapi kemudian dilarang.
Ketika pertunjukannya ditampilkan di Jerman, seting
kisah diubah dari lapangan Tiananmen ke lingkungan
Jerman di masa pemerintahan Nazi.

Novelnya yang sarat refleksi dan menyampaikan kisah secara impresionistik, The Soul Mountain, diselesaikan pada 1989, menggambarkan perjalanan tokoh cerita selama 10 tahun menyusuri tepian Sungai Yangtze. Perjalanan sesungguhnya berlangsung lima bulan, sebagai periode krisis Gao yang mengalami salah diagnosa tentang penyakit kanker yang menyerangnya pada 1982. Kanker yang sama membunuh ayahnya, dan setahun berikutnya Partai Komunis mengritik karya Gao Xingjian sebagai ”polusi spiritual”.

Di dalam karya-karyanya Gao Xingjian menggunakan beragam gaya, teknik, dan bermacam narator. ”Kau tahu saya hanya bicara kepada diriku sendiri tentang kesendirianku. Kau tahu bahwa kesendirianku tak tersembuhkan, tak seorang pun dapat menyelematkanku dan aku hanya dapat berbicara dengan diri sendiri dalam percakapan.”

Pada kisah lain, si narator mengkritsi si pengarang dan berkata: “Kau mencatat semua perjalananmu, perbincangan bertele-tele tentang moral, perasaan-perasaan, catatan-catatan, dalam perbincangan tidak sistematis, seperti fabel-fabel, salinan atau tiruan nyanyian rakyat, ditambah beberapa legenda omong kosong tentang diri sendiri, yang kemudian disebut sebagai karya fiksi!”

Soul Mountain adalah catatan perjalanan yang mengisahkan kehidupan orisinal dan khas di desa-desa. Sebuah cerita tentang sepucuk surat cinta, potongan
folklor dan sejarah. Salah satu yang jadi pusat tema adalah ketika karya Gao menjadi semacam kisah skeptis terhadap absolutisme. ”Oh sejarah oh sejarah oh sejarah/ Hanya sejarahlah yang dapat dibaca dengan berbagai cara, sebagai sebuah/penemuan besar!”

Setelah menyimpulkan isi dan makna Soul Mountain, Gao Xingjian menulis sebuah cerita pendek yang menggambarkan konsepnya tentang sastra “memperjuangkan massa” dan mengatakan “sastra tidak terlibat dengan dunia politik, tapi semata-mata bertanggung jawab pada
kehidupan individual.” Gao Xingjian ingin membebaskan karya sastra sebagai ekspresi yang menyoroti kehidupan sosial, sebagai karya sastra yang baik, yang memperlihatkan pencarian, spritualisasi karakter, “sastra yang dingin”.

Sebagai seorang seniman multitalen, Gao Xingjian membuat sendiri cover bukunya dan ia memiliki tiga puluhan lukisan cat air yang sudah dipamerkannya di dunia internasional. Ia juga sudah menerjemahkan karya-karya sastra Barat ke bahasa China, di antaranya karya-karya Beckett, Ionesco, Artaud dan Brecht. Beberapa penghargaan sudah ia terima, di antaranya
Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres dari Pemerintah Prancis pada 1992, Prix Cimmunaute
francaise de Belgique 1994, dan Pris du Nouvel An chinois 1997. Dan sebelum ia memperoleh Nobel Sastra, Gao telah dikenal luas sebagai seorang penggiat teater ketimbang penulis.

Setelah panitia Nobel mengumumkan kemenangannya, kementerian luar negeri China mengomentari penghargaan itu tidak layak dibanggakan dan berbau manuver politik. Beberapa anggota partai bertanya-tanya bagaimana seorang penulis naskah teater dan pengarang bisa mendapatkan Nobel Sastra. Di Swedia, hadiah Gao diterimakan oleh Goran Malmqvist,
yang menerjemahkan naskah-naskah teater Gao dan juga memproduksinya di Stockholm. Malmqvist adalah seorang ahli China di Universitas Stockholm dan juga seorang anggota Akademi Nobel, yang ikut menyeleksi karya-karya pemenang Nobel.

Autobiografi Gao Xingjian One’s Man’s Bible terbit di Inggris pada 2000. Menggambarkan situasi sosial masyarakat China di bawah Revolusi Kebudayaan, melalui pengamatan seorang aktivis politik, tertuduh, dan pengamat dari luar arena.

Kutipan

Setelah pembunuhan para demonstran di Tiananmen pada 1989, Gao Xingjian meninggalkan Partai Komunis China dan kemudian menutup pintu kepada negerinya.

Tidak ada komentar: